Selasa, 14 April 2009

Melejitkan Motivasi Pendidikan Kita

http://makhdor.blogspot.com Bersyukurlah anda jika anda suka membaca, atau menulis, atau keduanya. Bersyukurlah jika anda doyan belajar. Karena ternyata kegiatan-kegiatan yang harusnya “biasa” ini, sampai saat ini menjadi kegiatan yang “istimewa” terutama di kalangan anak-anak sekolah dan mahasiswa. Tentu saya tidak mengatakan bahwa kegiatan ini tidak diperlukan dalam keseharian seorang karyawan, pengusaha, bahkan seorang yang tidak bekerja sekalipun wajib hukumnya membaca atau belajar.

Suatu hari tanpa disengaja saya melihat poster Seminar Pumping Sudent, yang setelah saya telusuri sumbernya di Internet, sebenarnya memiliki tujuan mulia untuk memompa semangat pelajar untuk lebih bisa sukses dalam kegiatan belajarnya, bagaimana sukses dalam ujian nasional misalnya.

Dimotori oleh seorang motivator bernama Amir Tengku Ramly, dengan lembaganya yaitu Pumping Learning Centre yang berkantor di Gedung PPIB Bogor (dekat masjid raya), lembaga ini tampaknya serius untuk dapat memotivasi para stakeholder pendidikan, tidak hanya siswa, tapi juga guru, mahasiswa, dan pemuda.

Kusus untuk guru, misalnya, ada program yang disebut pumping teacher, menjadi guru epos. Program ini ditujukan memperbaiki hubungan antara siswa dan guru berdasarkan energi positif dan kuadran guru kaya. Guru sebaiknya suka belajar, menulis, menikmati karya seni, mengamati tanda-tanda alam, membangun dan memelihara relasi dengan sebaik-baiknya. Kalau saya tambahkan dari petunjuknya mas Al Falaq Arsendatama, biasakan berpikir beda dan tidak menyerah dalam mempelajari hal-hal baru meskipun terasa sangat rumit.

Ada tulisan yang menurut saya cukup revolusioner untuk dilaksanakan di kelas, yaitu tulisan mas Aris Wahyu Prasetyo tentang “Desain Anak: Inovatifnya Pembelajaran” di http://public.kompasiana.com yang intinya memberi ide segar untuk memanfaatkan iklan, misalnya, untuk dijadikan sarana pembelajaran. Saya sependapat dengan mas Wahyu, bahkan pernah saya bayangkan ada pelajaran “analisa media” di dalam kelas, yang membahas tentang isu apa saja yang ada di koran atau majalah (termasuk berita musik, film, sinetron, bahkan gosip) dan bagaimana para murid memanfaatkan semua informasi tersebut menjadi sesuatu yang berguna.

image

Secara umum nampaknya pelatihan ini tidak beda jauh dengan pelatihan ESQ. Ada istilah-istilah “fresh” yang diciptakan dan diberi pemaknaan menggunakan ilmu manajemen modern kususnya ilmu pengembangan diri. Memang kalau kita lihat di toko buku, misalnya, buku-buku pengembangan diri selalu saja menempati ranking teratas dalam penjualan. Mungkin orang haus akan nasehat dan inspirasi yang dapat membuatnya termotivasi untuk tujuan hidupnya masing-masing.

Contoh ada kalimat dalam suatu tulisan Orbit Sukses Manusia di http://senyum127.blogspot.com menyatakan bahwa : “Membangun orbit sukses dan hidup lebih bermakna adalah upaya memberdayakan tiga kekuatan sukses (principle power, competence power dan action power) sesuai corevalues ketauhidan (Ihsan), rukun Iman dan rukun Islam yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan focus pada orbit sukses diri pribadi”.

Seorang siswa kelas IX, warga Babakan Ciparay Bandung ditemukan tewas gantung diri. Dan berita serupa juga sempat kita dengar beberapa waktu sebelumnya. Banyak yang bilang anak-anak jaman sekarang memiliki mental yang rapuh. Dan memang saya sangat sayangkan mengapa sekolah tidak mengajarkan “bagaimana cara berpikir”, sekolah hanya mengajarkan “apa yang harus dipikir”. Menjadi tugas gurulah untuk juga membantu pembangunan mental anak-anak didiknya.

Contoh, Imam Syafi’i pernah menasehatkan kita melalui kisahnya masa menjadi pelajar, tentang keadaan hafalannya yang jelek. Lalu oleh Imam Waqi’, gurunya, diberikan nasehat “Ketauhilah, sesungguhnya ilmu itu adalah cahaya, Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada ahli maksiat”. Dan mungkin ada deretan resep mujarab lainnya yang dapat diberikan pada siswa, mahasiswa, pemuda atau siapapun yang berstatus sebagai penuntut ilmu.

Kabar dari Wellington, seorang mahasiswa 18 tahun bernama Owen Thor Walker akhirnya direkrut oleh Telstra Selandia Baru, setelah sebelumnya berhasil membobol jutaan komputer dengan kerugian potensial mencapai 20 juta US$. Jika sistem hukum berpikir sempit, anak muda ini akan langsung dijebloskan ke penjara, namun sistem pendidikan modern yang lebih menghargai potensi manusia lah yang lebih dipentingkan. Akhirnya Owen bebas dan mendapatkan pekerjaan sebagai ladang kreativitasnya.

Kembali ke tema Pumping, bahkan untuk tersenyum pun diajarkan oleh mas Amir Tengku. Dinamakannya senyum 127, yang maksudnya adalah senyum yang memiliki akar kuat, bersumber dari 1 hati nurani, lebar 2 cm ke kanan dan ke kiri, dengan durasi 7 detik saja. Senyum gaya ini diklaim mampu menghasilkan energi positif yang akan mengalahkan energi negatif di sekitarnya.

Senyum ini pulalah yang diharapkan dapat dipraktekkan para guru ketika mengajar di sekolah. Entahlah kenapa saya tidak terlalu setuju jika guru terlalu ramah dengan para muridnya, karena murid ada saja yang semakin parah kelakuannya karena melihat gurunya sangat baik, yang biasanya dimaknai sebagai guru yang sangat toleran dalam segala hal.

Guru juga harus diharuskan untuk tidak saja memperhatikan anak didiknya yang belajar, tapi dia sendiri juga harus mengembangkan dirinya dengan cara belajar pula. Ilmu ini harus diamalkan. Jika niat ini tidak ada, akan diharamkan baginya keberkahan ilmu, kemuliaan dan pahalanya. Nabi bersabda bahwa “Perumpamaan orang yang mengajari orang lain kebaikan, tetapi melupakan dirinya (tidak mengamalkannya), bagaikan lilin yang menerangi manusia sementara dirinya sendiri terbakar” (HR. Thabrani. Muhaddits abad ini, Muhammad Nashiruddin Albani) .

Mungkin perlu ada pengembangan ilmu pumping motivasi semacam ini untuk pegawai negeri khususnya aparat Pemda, agar dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik lagi. Ada isu di suatu daerah mengalami kekuranga pegawai, di sisi lain ada daerah yang justru ditengarai kelebihan pegawai. Pemda Kuningan, misalnya, diidentifikasi kelebihan 4 ribu pegawai, yang akibatnya 80% APBD habis hanya untuk gaji dan belanja pegawai.

Terlepas dari kebenaran data di atas, yang saya cuplik dari suatu kolom di suatu harian di Bandung, kelebihan jumlah pegawai ini harus disikapi sebagai kesempatan untuk lebih baik lagi dalam menerjemahkan dan menjalankan semua kebijakan daerah sampai ke desa-desa terpencil di Kuningan. Bagaimana caranya ? Nah, ini membutuhkan kreativitas dan kemauan dari para aparat tersebut. Saya cenderung menginginkan para aparat Pemda bersikap sebagai “guru” bagi masyarakat, sehingga dalam peta peran dan sikapnya baik dalam implementasi proyek apapun terkait pembangunan di daerah, mereka mengajarkan sesuatu yang bermanfaat, memberi teladan dan mengajak masyarakat untuk menjadi pembelajar sejati yang peduli dengan obyek pembangunan.

Pertanyaan saya, apa ada pejabat atau pegawai Pemda yang jago mengurusi musium yang ada di daerah kerjanya ? Contoh perpustakaan museum sejarah Jakarta, dimana dari sini sebenarnya banyak yang dapat dieksplore dan disosialisasikan kepada para anak didik terutama di Jakarta, agar mereka tidak hanya tahu tentang sebaran mall di ibukota negara, tapi juga tahu detail tentang sejarah kotanya.

Tentu saja sudah ada pelaksana teknis dari Pemda yang ditunjuk menanganinya, tapi maksud saya adalah bagaimana membuat sejarah menjadi sesuatu isu yang menarik baik dari sisi pendidikan maupun peluang dalam pariwisata. Kalimat “Jakarta akan kehilangan ruhnya ketika seluruh warisan nenek moyangnya hilang” mungkin tidak banyak dipahami orang yang tidak pernah merenungkan apa yang disebut kehidupan sejati dengan manusia utuh (jasmani dan rohani) yang menjadi subyek utama.

Mengikutsertakan dunia pendidikan dalam program pemerintah secara langsung juga merupakan salah satu cara untuk melejitkan lagi potensi anak didik. Seperti upaya Mahkamah Institusi megikutsertakan 34 Fakultas Hukum di seluruh Indonesia untuk membantu sidang sengketa hasil pemilu nanti. Saya kadang bertanya, mengapa tidak melakukan hal serupa untuk sidang korupsi yang dilakukan oleh para pejabat di daerah, sehingga penuntasan perkara dapat lebih cepat dan tidak menumpuk seperti sekarang ini yang akhirnya menyebabkan munculnya sistem tebang pilih dalam perkara korupsi.

Diposkan oleh rodhkam di 06:20