Selasa, 24 Februari 2009

MASA DEPAN PENDIDIKAN LINGGA

Oleh : Iwan Kurniawan*)
Sumber: http://onechoise.blogspot.com

Sekilah Lingga Masa Lampau
Kabupaten Lingga adalah Kabupaten yang mempunyai luas daerah 211.772 Km2. Daerah dengan wilayah yang terdiri dari banyak pulau ini (377 pulau besar dan kecil) mempunyai penduduk yang mayoritas beragama Islam dengan etnis Melayu sebagai suku mayoritas. Pertengahan tahun 2003 daerah ini masih tergabung dalam Kabupaten Kepulauan Riau dengan Tanjung Pinang sebagai Ibu Kota Kabupaten. Pada tanggal 18 Desember 2003, daerah ini resmi menjadi kabupaten dengan dikeluarkannya UU No. 31 Tahun 2003 dengan nama Kabupaten Lingga.
Jika dipandang dari segi religius-kultural, Kabupaten Lingga dengan suku Melayu sebagai suku mayoritas sangat erat sekali hubungannya dengan Islam. Sejak dahulu, sejarah telah mencatat bahwa tokoh-tokoh Melayu yang ternama adalah seorang muslim yang kuat memegang agama. Nama pembesar yang sering dipakai adalah nama dengan akar kata berasal dari bahasa Arab. Kita kenal Sultan Mahmud, Raja Haji, Sultan Ahmad Riayat Syah dan sebagainya. Bukti lain adalah adanya tulisan “Arab-Melayu”, yaitu tulisan Arab tetapi dapat dibaca dengan karakter bahasa melayu. Dengan realitas akar budaya yang demikian, maka Melayu-Lingga sebenarnya mempunyai akar kebudayaan yang tinggi dengan perpaduan antara ketinggian ajaran Islam dengan keluhuran budaya Melayu. Dalam hal karya sastra, daerah ini juga sudah mempunyai prestasi yang luar biasa yang menandakan bahwa peradabannya sudah sedemikian maju sejak zaman kerajaan. Kita mengenal karya Raja Ali Haji yaitu Gurindam Dua Belas yang merupakan falsafah tunjuk ajar orang Melayu, kita juga mengenal adanya pantun dan syair melayu.
Salah satu hal yang tidak luput dari realitas perkembangan kehidupan rakyat Lingga adalah kondisi pendidikannya. Kondisi pendidikan Lingga jika kita melihat dari akar sejarahnya, maka perkembangannya memang lebih banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai agama. Pendidikan agama sangat pekat bertahta di dalam pendidikan masyarakat Lingga masa lampau, sebelum adanya pendidikan formal seperti sekarang. Sampai saat ini kita masih mengenal istilah “madrasah” yang merupakan bentuk sekolah formal yang pernah dikembangkan di Lingga. Diantara madrasah yang pernah ada adalah madrasah mu’allimin al-arbiyah yang didirikan oleh Raja Haji Muhammad Yunus Ahmad (tahun 1930-an) dan Madrasah Iqbal al-Islamiyah yang didirikan oleh tokoh cendikiawan Melayu Raja Ali Kelana bersama Syaikh Jalaluddin Taher. Selain pendidikan formal, di masyarakat juga berkembang pendidikan nonformal dalam bentuk halaqoh ilmu sehingga kita mengenal pendidikan dengan tingkatan pengajaran alif-ba-ta dan tingkat alif-lam-mim atau surat besar. Dengan demikian kita mengetahui bahwa sejak dulu perkembangan pendidikan di Lingga tidak terlepas dari peran agama Islam yang menjadi motor penggerak pendidikan.

Kondisi Pendidikan Lingga Sekarang
Lingga yang pernah menjadi pusat kerajaan Melayu masa lampau, setidaknya adalah daerah yang sudah mempunyai peradaban dengan kondisi social, kultur dan pendidikan yang sudah tertata meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana yaitu madrasah. Perkembangan pendidikan di kabupaten Lingga secara fisik mungkin sudah bisa dikatakan ada kemajuan. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari pembangunan sarana dan prasarana pendidikan seperti penambahan atau perbaikan gedung sekolah. Sampai saat ini di kabupaten Lingga telah berdiri sebanyak 10 SMA sederajad (MA, dan SMK), 27 SMP sederajad (MTs) dan 112 SD sederajad (MIN/MIS). Disamping itu juga terdapat pembangunan sarana pendukungnya seperti laboratorium computer yang disertai dengan jaringan internet pada beberapa sekolah. Namun penulis memandang ada beberapa hal penting yang seharusnya mendapat perhatian lebih oleh pemerintah daerah disamping pembangunan fisik pendidikan. Pembangunan fisik itu penting, namun yang lebih penting lagi adalah perbaikan kualitas pendidikan secara nyata dalam hal prestasi belajar siswa. Kualitas pendidikan di Lingga masih tergolong tertinggal jika dibandingkan dengan kabupaten lain dalam skup provinsi Kepulauan Riau, yaitu peringkat dua di atas kabupaten Natuna yang tergolong kabupaten dengan predikat paling tertinggal se-provinsi. Itu dalam lingkup provinsi Kepulauan Riau, dalam lingkup nasional kabupaten Lingga tidak nampak batang hidungnya alias tidak masuk hitungan.

Beginilah seharusnya Pendidikan Lingga ke depan…
Realitas pendidikan di tanah tercinta zuriat kite semue, Lingga, Bunda Tanah Melayu demikianlah adanya. Kita sadari banyak hal yang melatar belakangi kodisi tersebut. Menurut analisis penulis, keberhasilan pendidikan di Lingga baru tercapai apabila terpenuhi beberapa indikator berikut dalam dunia pendidikan kita, yaitu adanya realisasi anggaran untuk pendidikan dengan alokasi 20%, adanya perhatian terhadap kualitas guru, perbaikan cara mengajar guru, perbaikan kondisi ekonomi guru, terhindarnya para elit pendidikan dan praktisinya dari praktek komersialisasi pendidikan dan menyesuaikan konsep pendidikan nasional sesuai konsep dan budaya lokal.
Indikator yang pertama adalah adanya realisasi anggaran pendidikan dengan alokasi dana untuk pendidikan minimal 20%. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah kita harus memanfaatkan dana tersebut semaksimal mungkin untuk sektor nonfisik pendidikan. Kita ketahui bersama bahwa anggaran dana pendidikan selama ini banyak dialokasikan untuk sektor fisik, sementara untuk sektor pengembangan pendidikan nonfisik tidak begitu tersentuh. Yang saya maksudkan dengan sektor nonfisik ini adalah pengembangan kualitas insan pendidikan, mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, tata usaha, komite sekolah dan orang tua siswa. Optimalisasi peran orang tua dalam proses pendidikan dalam bentuk koordinasi dengan pihak guru mesti sangat ditekankan. Biarkan mereka ikut terlibat dan memikirkan proses pendidikan anak-anaknya. Bagaimana caranya? Alokasikan dana untuk hal ini. Adakan pertemuan intensif antara pihak guru, sekolah dan komite sekolah dengan orang tua siswa untuk membangun persepsi orang tua akan pentingnya peran mereka, kalau perlu ikutkan mereka dalam pelatihan-pelatihan khusus untuk memberi pemahaman bahwa pendidikan anak adalah tanggaung jawab mereka juga. Pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang memadukan peran beberapa elemen tersebut di atas.
Yang kedua, adanya perhatian terhadap kualitas guru, perbaikan kondisi ekonomi guru dan perbaikan cara mengajar guru. Tiga hal yang saling kait-mengait, tak dapat dipisahkan satu sama lain. Perbaikan kualitas guru sangat tergantung dengan tercukupinya kebutuhan guru sehingga memungkinkan ia untuk tidak mencari tambahan penghasilan diluar lantaran kebutuhan kesehariannya tidak tercukupi. Bukan kesalahan guru semata jika akhirnya tidak begitu konsentrasi terhadap tugas mengajarnya sehingga tugas sebagai seorang guru menjadi terabaikan, karena sesungguhnya ia punya tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga atau penopang penghasilan suami untuk menghidupi keluarga. Dengan terpenuhinya kebutuhan ekonomi guru, maka diharapkan adanya perbaikan cara mengajar guru dari mengajar dengan asal-asalan ( asal masuk kelas, asal siswa tidak ribut, asal dapat gaji) menjadi mengajar dengan mengoptimalkan segala kemampuan yang ada. Dalam konsep Amir Tengku Ramli (seorang trainer dan motivator pendidikan), seorang guru harus mengajar dengan mengubah paradigma berfikir dari paradigma to have ( mengutamakan kebutuhan materi) menjadi to be ( mengutamakan kebutuhan nonmateri) dalam mengajar.
Yang ketiga, terhindarnya para elit pendidikan dan praktisinya dari praktek komersialisasi pendidikan. Ini sangat berbahaya. Tugas pemerintah adalah bagaimana semua anak negeri ini bisa mengecap pendidikan, bukan malah menjadikan pendidikan hanya untuk orang-orang yang berduit saja dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dari “bisnis” pendidikan. Cukuplah beberapa kasus yang terjadi memberikan pelajaran kepada bangsa ini bahwa sangat banyak anak negeri ini yang masih belum terpenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan. Seharusnya para elit dan praktisi pendidikan menyadari hal ini, mereka menduduki amanah ini bukan untuk menyusahkan rakyat namun untuk memudahkan. Bukan tidak mungkin menyelenggarakan pendidikan murah di negeri ini, apalagi di kabupaten Lingga. Kita akui pendidikan gratis itu memang nonsen, tapi pendidikan murah itu realistis. Bagaimana caranya? Yaitu dengan memberikan perhatian lebih kepada anak Negeri Bunda Tanah Melayu untuk tetap menikmati pendidikan, misalnya dengan memberikan beasiswa kepada yang memang berhak mendapatkannya, menyediakan beasiswa untuk anak yang kurang mampu dan mendata serta memberikan keringanan bagi siswa yang orang tuanya tergolong berekonomi lemah.
Keempat, menyesuaikan konsep pendidikan nasional sesuai konsep dan budaya local Lingga. Artinya, kembalikan jati diri pendidikan di Kabupaten Lingga kepada ruh asalnya yaitu pendidikan yang memberikan porsi besar terhadap pendidikan agama dan akhlak yang sesuai dengan budaya Melayu kepada siswa. Islam sebagai identitas kita tidak boleh kita tinggalkan. Dalam hal ini penulis ingin memberi nama pada konsep ini dengan konsep pendidikan berbasis moral-spiritual. Mengapa Moral? karena budaya kita adalah budaya yang sarat dengan nilai-nilai moral sebagai penghias diri dan pencantik pribadi. Dan mengapa spriritual?, karena darinya segala kebaikan bermula. Darinya manusia bisa menemukan nilai dari kemanusiaannya, darinya manusia bisa memahami tujuan hidupnya, tujuan belajarnya dan kemana ia akan kembali. Darinya seorang yang berilmu menemukan hakikat keberilmuwannya. Rasulullah Saw. mangatakan bahwa jika Allah ingin memberikan kebaikan kepada hamba-Nya, maka ia akan memberikan hamba-Nya kefahaman terhadap agama.
Mengapa pada masa Nabi, kemudian pada masa shahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in Islam mampu mampu menguasai lebih kurang tiga perempat dari bumi ini? Mengapa sejarah mencatat bahwa banyak sekali ilmuan besar dunia ternyata seorang muslim? Jawabnya adalah karena mereka faham agama dan mereka mengamalkan agama. Hari ini sudah selayaknya menoleh ke belakang, menoleh kepada identitas kita yaitu Islam. Tidak ada salahnya kita melihat ke belakang karena sejarah adalah guru kehidupan. Mari kita kembali kepada pendidikan yang memberikan perhatian besar terhadap pendidikan keislaman kepada anak negeri Bunda Tanah Melayu, tidak hanya dua jam seminggu.
Selain itu penyesuaian konsep dan tujuan pendidikan terhadap kondisi geografis Lingga juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini boleh dikatakan kabupaten Lingga adalah kabupaten yang kaya dengan hasil alamnya. Kita pernah jaya dengan hasil timah yang saya yakin persediaan timah itu masih banyak. Kita juga tergolong daerah yang kaya dengan hasil laut. Dalam hal ini pemerintah bisa saja membangun SMK yang konsentrasinya terkait dengan kedua hal tersebut yaitu pertambangan dan pemanfaatan hasil laut. Tentunya mengkonsentrasikan pencetakan SDM yang sesuai dengan kebutuhan daerah adalah lebih tepat untuk Kabupaten Lingga ketimbang melaksanakan pendidikan dengan menelan mentah-mentah konsep yang ditawaran pemerintah. Pemerintah diharapkan lebih kreatif dalam memperhatikan kebutuhan daerah sehingga pengembangan daerah dapat lebih dioptimalkan oleh Anak Jati Lingga sendiri.

*) Penulis adalah Sekretaris Umum Ikatan Mahasiswa Kabupaten Lingga
(IMKL) Pekanbaru

Kamis, 19 Februari 2009

Zero Mind Process (ZMP)

Sumber: http://gontor-untouchable.blogspot.com

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti menghadapi berbagai masalah yang sangat banyak dari segala aspek. Dan dalam keseharian kita mengenal yang namanya IQ (Intellegence Quotient) yang merupakan cara untuk membuat suatu penilaian kecerdasan seseorang dengan parameter verbal dan numerical yang dipercaya sangat menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Kemudian teori itu kemudian tumbang dan dibantah dengan adanya penilaian EQ (Emotional Quotient) yang merupakan parameter emosional seseorang dalam penentuan kesuksesannya dihari mendatang,

Kedua segi diatas adalah suatu parameter yang dipercaya dan tidak menyinggung persoalan sisi religi dan spiritual sama sekali, yang tidak dapat ditinggalkan dalam semua segi keduniawian. Kalau IQ seseorang itu dari mulai dia kecil tidak dapat ditingkatkan, tetapi kalau EQ seseorang dapat dilatih dan ditingkatkan dengan cara-cara tertentu.

Sementara itu didalam tingkat permasalahan kehidupan yang semakin tinggi, beban hidup yang semakin berat, dan segala pendukung kehidupan yang semakin kompleks, maka sekarang orang baru mulai melirik sisi religi dan spiritual untuk mengisi kekosongan jiwa mereka karena permasalahan diatas. Maka dari itu kemudian kita mengenal adanya ESQ (Emotional Spiritual Quotient) yang merupakan pelatihan untuk meningkatkan tingkat EQ seseorang dengan tidak meninggalkan sisi religi dan spiritualitasnya.

Dalam proses pelatihan peningkatan tingkat EQ yang berhubungan dengan sisi religi dan spiritualitas, maka proses terseebut disebut juga sebagai proses penjernihan emosi atau dalam istilah asing lebih dikenal sebagai Zero Mind Process (selanjutnya disingkat ZMP). Maka dalam pembahasan kali ini, penulis akan membahas beberapa penjelasan singkat langkah-langkah yang dapat dicapai untuk menuju proses penjernihan tersebut, yang juga dapat digunakan sebagai prinsip seorang pendidik dalam interaksinya terhadap peserta didik dan dalam proses belajar mengajar. Dan juga beberapa penjelasan tentang kegunaan suara hati atau kebersihan hati (yang merupakan hasil dari proses ZMP) dalam kaitannya proses belajar mengajar di kelas maupun diluar kelas.

A. Hakikat Zero Mind Process (ZMP)

Dalam proses penjernihan emosi (ZMP), yang pertama-tama harus dilakukan adalah mendahulukan pikiran obyektif yaitu dengan menjernihkan pikiran dari gangguan hama yang mempengaruhi penilaian secara subyektif. Dalam penilaian terhadap sesuatu adalah dengan menggunakan suara hati yang terdalam sebagai sumber kebenaran, yang merupakan karunia Allah SWT.

Jikalau dalam proses ini berhasil dilakukan maka yang terjadi adalah pikiran-pikiran yang jernih dan bersih atau dapat disebut sebagai God Spot atau fitrah, yaitu kembali pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari belenggu.

Maka dari itu yang dimaksud dengan proses penjernihan emosi (Zero Mind Procees) adalah proses dimana semua emosi dan pikiran kita dinol-kan dari belenggu yang menutupi potensi manusia agar mampu mengeluarkan Spiritual Power (kekuatan spiritual) yang dimilikinya. Hal-hal yang menutupi ini disebut sebagai belenggu. Zero Mind Proses (ZMP) adalah suatu upaya untuk mengenali dan menghapus apa yang menutupi potensi dalam God Spot. Belenggu-belenggu (ada 7 hal) tersebut akan diterangkan penulis pada bagian selanjutnya..

Bisa dikatakan langkah pengenalan hama atau belenggu dan pembersihan God-Spot itulah yang disebut Zero Mind Process atau pembentukan hati dan pikiran yang jernih dan suci.

B. Langkah-langkah dalam ZMP

Dalam ESQ, langkah -langkah untuk menuju kebersihan jiwa (Zero Mind) dalam rangka meningkatkan tingkat emotional dan spiritual yg lebih tinggi dapat dilatih dengan 7 (tujuh) langkah sebagai berikut :

1. Hindari prasangka buruk, dan selalu mengupayakan berprasangka baik (positive thinking ).

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."

Pekerjaan yang didasari pada prasangka yang buruk akan berbuah kegagalan. Namun sebaliknya apabila dalam pekerjaan selalu didasari pada prasangka yang baik, maka akan berbuah keberhasilan yang baik pula.

Dalam hal prasangka, sesungguhnya dibagi menjadi prasangka positif dan negative (positive thinking dan negative thinking). Maka dalam prasangka yang pertama, positif, selain berbuah keberhasilan, juga berbuah saling percaya antara satu dengan yang lain, saling mendukung, adanya hubungan kooperatif, terbuka, dan dapat menghasilkan performa yang terbaik dalam hidupnya.

Lain halnya dengan negatif, adalah kebalikan dari positif. Yaitu akan terlahir sikap defensif tertutup antar sesama, kemudian cenderung menahan informasi, tidak mau bekerja sama dengan yang lain, juga tidak mampu bersinergi dengan orang lain, kinerja dalam kesehariannya akan turun yang mengakibatkan turunnya performa, bahkan akan tersingkir ditengah pergaulan sosialnya.

2. Tinggalkan prinsip hidup yang salah, berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Suci.

Dengan adanya prinsip hidup yang benar, akan mempengaruhi sikap seseoran terhadap orang lain pula. Prinsip yang tidak fitrah atau prinsip hidup yang salah akan berakibat terhadap kegagalan, lahiriah atau bathiniah.

Hanya berprinsip pada sesuatu yang abadi dan kekal akan mampu membawa manusia kearah kebahagiaan hakiki yaitu berprinsip pada Allah SWT Yang maha Suci.

3. Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman masa lalu yang membelenggu pikiran dan selalu berpikirlah merdeka.

Dengan adanya pengalaman dalam kehidupan dan lingkungan akan sangat mempengaruhi cara berpikir seseorang, yang berakibat pada terciptanya sosok manusia hasil pembentukan lingkungan sosialnya.

Maka pengalaman-pengalaman hidup sangat berperan dalam menciptakan pemikiran pemikiran seseorang, sehingga membentuk paradigma yang melekat didalam pikirannya yang mana paradigma tersebut dijadikan sebagai tolak ukur bagi dirinya, atau untuk menilai lingkungannya.

Hal ini jelas akan sangat merugikan dirinya sendiri atau bahkan orang lain. Ini akan membatasi cara berpikir seseorang yang menyebabkan ia akan melihat segala sesuatu dengan subyektif, bukan melihat sesuatu secara riil dan obyektif. Oleh karena itu prinsip yang benar adalah dengan membebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berfikirlah merdeka.

"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta."

4. Dengarkan semua suara hati, berpikirlah melingkar (circular thinking) sebelum menentukan kepentingan dan prioritas, dan jadilah bijaksana.

Kepentingan lebih bersifat mikro (diri sendiri), sedangkan prioritas bersifat makro (universe) yaitu mengarahkan untuk melaksanakan hal yang tepat, dan yang benar. Jika kepentingan umum yang lebih dikedepankan maka prinsip yang benar akan melahirkan juga prioritas apa yang akan didahulukan. Pada intinya prinsip akan melahirkan prioritas. Dan orang yang bijaksana akan mengambil suatu keputusan yang mempertimbangkan semua aspek sebagai satu kesatuan tauhid atau prinsip keesaan.

5. Berpikirlah secara integrative dan holistik dengan melihat semua sudut pandang secara adil berdasarkan semua suara hati yang bersumber dari Asmaul Husna.

Adalah berpikir secara prinsip keesaan dan secara satu kesatuan pikiran dan tindakan. Setelah itu agar dapat berprinsip dan mengingat sifat-sifat Allah pada Asmaul Husna.

6. Periksa pikiran kita terlebih dahulu sebelum menilai segala sesuatu. Jangan melihat segala sesuatu karena pikiran, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.

Dalam sebuah penilaian terhadap sesuatu, kita sering dihadapkan pada masalah perbandingan yang sesuai dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya dan bayangan yang ada di alam pikirnya tersebut. Karena. Paradigma penilaian dalam pikiran kita begitu mudah berubah berdasarkan pada keteguhan pikiran.

7. Ingatlah bahwa semua kebenaran bersumber dari Allah SWT, dan jangan terbelenggu.

Semua kebenaran pada akhirnya, kelak akan tiba di satu sumber, baik secara sadar atau tanpa disadari. Semua akan mengakui kebenaran Allah SWT dan Al-Qur'an serta ajaran Nabi Muhammad SAW pada akhirnya. Dan bahwa suara hati sebenarnya dorongan yang berasal dari sifat-sifat ke-Ilahian.

Ketujuh sifat diatas, diharapkan dimiliki oleh setiap individu dari kita, bahkan seorang gurupun harus memiliki sifat-sifat diatas guna menjadikan pedoman dan landasan dalam berpikir obyektif dan secara jernih dengan didahului oleh kemampuan mengenali factor-faktor yang mempengaruhinya. Cara yang paling sederhana adalah dengan mengembalikan manusia pada fitrah hatinya atau "God Spot". Sehingga manusia- yang disini adalah guru, akan mampu melihat dengan "mata hati", mampu memilih dengan tepat, memprioritaskan dengan benar. Dari cara melihat yang obyektif ini maka keputusan yang diambil akan benar-benar dengan cara yang adil dan bijaksana sesuia denga fitrah dan suara hati.

C. Kebersihan Hati

Biarkan hati berbicara walau tanpa suara, karena sesungguhnya hati yang bersih akan berbicara kebenaran. Namun bila hati terkotori, tak ada bisikan kebenaran.

Bagi setiap insan, hati adalah pusat kontrol diri atau pimpinan bagi diri di dunia yang fana ini. karena itu, agar diri tetap berada pada jalan kebenaran dibutuhkan pimpinan yang baik.

Pimpinan yang baik akan membimbing kita pada jalan Allah dan rasul-Nya serta pimpinan yang buruk akan membawa kita pada keinginan nafsu semata.

Hati itu bagaikan cermin, jikalau bersih akan memantulkan kesempurnaan diri kita, tetapi jikalau kotor tiada muncul yang lain kecuali keburukan semata. Karenanya, hati harus senantiasa dibersihkan. Bersihnya hati akan senantiasa memantulkan cahaya kebenaran.

Ary Ginanjar dalam ESQ meyakini bahwa semua jawaban suara hati kita tentang nilai-nilai kebenaran sama persis dengan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Qur'an, yakni yang terkumpul dalam Asmaul Husna. Sifat-sifat Allah tersebut dapat dijadikan barometer untuk memastikan bahwa suara hati kita terbebas dari nafsu dan bisikan syetan. Dan barometer tersebut dapat digunakan oleh para guru saat mendengarkan suara hatinya.

Untuk dapat mendengarkan suara hati tersebut, kita harus berpusat pada hati dalam melakukan aktivitas pengajaran. Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang menyangkut keputusan dan tindakan pengajaran kita senantiasa diselaraskan dengan suara hati kita. Yakinilah bahwa prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diyakini sebagai pusat kehidupan memiliki daya magnetis dengan kebenaran suara hati nurani. Bila hati sudah memiliki kekuatan dan cahaya, segala bisikannya adalah suara prinsip-prinsip kebenaran dan nilai-nilai Ilahiyah. Inilah yang akan membimbing kita dalam keputusan-keputusan yang kita buat serta menjadi sumber motivasi dan rujukan untuk bertindak dan beraktivitas dalam dunia kehidupan dan pengajaran. Suara ini akan mengarahkan kita pada pilihan-pilihan, baik secara pribadi, keluarga, dunia profesi, mitra kerja, dunia bisnis, aktivitas ritual, sosial, maupun untuk kesenangan.

Menemukan suara hati dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;

  1. Bila mendapatkan masalah segera kembalikan pada hati, biarkan semua hal terucapkan dalam hati, dengarlah yagn sesuai dengan sifat Asmaul Husna dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki.
  2. Saat berdzikir dan beristigfar, maka akan muncul suara hati secara tiba-tiba, maka dengarkanlah.

Suara hati merupakan pusat bisikan kebenaran. Hati akan selalu cenderung pada perbuatan baik yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki. Karena itu, bila manusia hendak berbuat tidak baik, pasti hati nuraninya akan melarang melakukan itu.

Bila hati sudah menjadi pusat dari prinsip dan nilai-nilai hakiki, akan muncul hal-hal sebagai berikut:

  1. Tumbuh kepribadian dengan sifat-sifat Ilahiyah

Kepribadian dengan sifat-sifat Ilahiyah akan membawa guru pada sifat belas kasih kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagai anak. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya aku bagi kalian adalah bagaikan bapak terhadap anaknya (prinsip meyakini pembawa risalah kebenaran)". Prinsip keteladanan menjadikan proses mengajar bagian dari taqarrub kepada Allah. Juga tidak merasa berjasa pada peserta didik. Sekalipun jasa itu besar, memandang mereka juga memiliki jasa karena sudah mengondisikan hatinya untuk mendekatkan diri pada Allah SWT dengan menanamkan ilmu kepadanya.

Kalau berbicara tentang suara hati, adalah bisikan yang datang dari hati nurani yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hakiki. Energi spiritual adalah kekuatan atau dorongan yang datang dari hati sanubari yang sudah tersucikan dari nafsu dan amarah. Suara hati yang disertai energi spiritual ini melahirkan kepribadian ilahi.

  1. Pemanfaatan panca-indera, otak kiri, otak kanan, dan hati secara optimal dan proporsional.

Pemanfaatan panca-indera, otka kiri, otak kanan, dan hati secara optimal dan proporsional memberikan tugas pada guru untuk tidak meninggalkan nasihat memacu prestasi peserta didik sesuai dengan kemampuan dan bakat, dan sebaliknya meninggalkan kesombongan karena merasa diri lebih unggul disbanding peserta didik lain. Guru tidak mencela sesame gur dan pelajaran berlainan karena semua ilmu bersumber dari satu sumber risalah.

  1. Tercipta pengajaran sepenuh hati, yang bebas dari energi negative, nafsu, dan amarah.

Adapun terciptanya pengajaran sepenuh hati adalah upaya guru untuk memberikan pengajaran sesuai dengan proporsi kemampuan peserta didik, mengajar secara baik, dan menarik minat peserta didik.

D. Kesimpulan

Maka dari itu yang dimaksud dengan proses penjernihan emosi (Zero Mind Procees) adalah proses dimana semua emosi dan pikiran kita dinol-kan dari belenggu yang menutupi potensi manusia agar mampu mengeluarkan Spiritual Power (kekuatan spiritual) yang dimilikinya.

Dalam ESQ, langkah -langkah untuk menuju kebersihan jiwa (Zero Mind) dalam rangka meningkatkan tingkat emotional dan spiritual yg lebih tinggi dapat dilatih dengan 7 (tujuh) langkah (yang telah diterangkan pada penjelasan sebelumnya). Dari proses tersebut diharapkan dapat dijadikan pedoman dan prinsip oleh setiap pendidik dalam proses belajar maupun pengajaran terhadap peserta didik.

Untuk dapat mendengarkan suara hati tersebut, kita sebagai seorang guru harus berpusat pada hati dalam melakukan aktivitas pengajaran. Maksudnya adalah bahwa segala sesuatu yang menyangkut keputusan dan tindakan pengajaran kita senantiasa diselaraskan dengan suara hati kita. Yakinilah bahwa prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang diyakini sebagai pusat kehidupan memiliki daya magnetis dengan kebenaran suara hati nurani.

Dari sinilah semua permasalahan seorang pendidik terhadap peserta didik maupun terhadap proses belajar mengajar, yang mana semua harus dikembalikan pada hati agar kita menjadi seorang pendidik yang benar-benar profesional dengan kekurangan yang kita miliki.

Demikianlah pembahasan dari penulis mengenai Zero Mind Process (ZMP) sebagai prinsip utama yang harus dimiliki setiap individu, terutama seorang pendidik, dengan kekurangan dan kelebihan dari penulis semoga pembahasan kali ini menjadi ishlah dan bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi teman-teman semua pada umumnya.

Referensi

Agustian, Ary Ginanjar. 2004. ESQ: Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual. Jakarta: Penerbit Arga.

Al Qur'an dan Terjemahan. Penerbit Departemen Agama Republik Indonesia.

Rahmat, Jalaluddin. 2005. Belajar Cerdas. Bandung: Mizan Media

Ramly, Amir Tengku dan Erlin Trisyulianti. 2006. Pumping Teacher: memompa teknik pengajaran menjadi guru kaya. Tangerang: PT. AgroMedia Pustaka.

manusia yang didalam dirinya sudah tertanam ZMP, dia akan siap untuk menghadapi berbagai rintangan karena mampu bersikap positif dan akan tanggap terhadap suatu peluang serta bisa menerima pemikiran baru tanpa dipengaruhi dogma yang membelenggu. Beberapa cirinya adalah merdeka dalam berpikir, dan hasilnya akan tercipta pribadi-pribadi kreatif, berwawasan luas, terbuka atau fleksibel, mampu berpikir jernih.

Q.S Surat Al An'aam Ayat 116

Ary Ginanjar Agustian, ESQ: Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual, (Jakarta: Penerbit Arga, 2004), hal.17

ibid. hal. 21

ibid. hal 24

Q.S. Surat Al Baqarah ayat 10.

Maksud dari berpikir melingkar adalah bahwa cara berpikir yang selalu dikaitkan dengan adanya sifat Allah Asmaul Husna (99 Thinking Hats) atau thawaf suara hati.

Ary Ginanjar Agustian, Op. Cit., hal.27

Ibid. Hal. 41

Ibid. Hal. 46

Amir Tengku Ramly dan Erlin Trisyulianti, Pumping Teacher: memompa teknik pengajaran menjadi guru kaya. (Tangerang: PT. AgroMedia Pustaka, 2006), hal. 96.

Amir Tengku Ramly dan Erlin Trisyulianti, Op. Cit., hal.100

Ibid. Hal. 99

Jalaluddin Rahmat, Belajar Cerdas, (Bandung: Mizan Media, 2005), hal .

Minggu, 01 Februari 2009

Makna Guru Kaya

http://karso.mulyo.blog.plasa.com/

Menjadi Guru Kaya
Ditengah Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Guru
Profesionalisme Guru

Mencari Makna Guru Kaya

Jika kita sesekali bercanda atau berdialog dengan teman-teman guru, baik disaat santai waktu istirahat PBM, MGMP maupun pertemuan-pertemuan lainya tentang guru yang kaya maka akan kita dapati beragam komentar tentang guru kaya. Diantaranya mereka akan berpendapat guru yang kaya itu dalah guru yang gajinya mencukupi semua kebutuhan keluarga, guru yang besar gajinya, guru yang bisa memenuhi kebutuhan primer mapun sekudernya, guru yang dapat menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi, guru yang terhindar dari hutang yang besar untuk memenuhi kebutuhan primernya, dan seabrek pengertian lainnyayang dapat bermuara pada uang sebagai simbol kekuasaan materialistic

Sementara ada juga guru berpendapat bahwa pada situasi yang ada seperti sekarang ini, guru yang dapat dimaknai sebagai guru yang mampu mengendalikan kebutuhan yang mengharuskan mengeluarkan biaya yang diluar kemampuannya. Seperti menunda memiliki rumah daripada berhutang atau kredit rumah yang fasilitasnya tidak memadai yang memungkinkan berpikir untuk melengkapi fasilitasnya, tidak mengambilkredit sepeda motor apalagi mobil jika untuk kebutuhan makan saja pas-pasan, tidak perlu punya HP. Jika untuk membayar pulsa saja keberatan, atau seabrak bentuk pengeluaran lainnya yang membuatkan kemampuan untuk mencukupi kebtuhan pokok berkurang. Meskipun kepemilikan rumah, kendaraan untuk bekerja, HP untuk sarana komunikasi dan koordinasi sangat dibutuhkan. Melihat pendapat-pendapat yang beragam itu, lalu apa makna guru kaya yang tepat itu? Menurut Amir Tengku Ramly (2005:10) Guru kaya dapat diartikan dalam 4 hal utama terkait dengan dirinya dan dunia pengajaran : disebut guru kaya, bila seorang guru memiliki cara pandang bahwa jabatan guru dalah ”profesi”, karenanya ia senantiasa harus dilatih keahliannya sehingga melahirkan sosok guru pemilik (guru yang ahli, menjadi pusat intelektual dan mampu mengendalikan sistem) dan guru perancang (guru yang memahami makna profesinya, memiliki visi dan merancang pengajaranya secara hidup; (2) disebut Guru kaya, bila seorang guru memilki pola hubungan khusus dengan siswa yang mengedepankan sikap proaktif dan mentalitas yang kaya; (3) Disebut Guru kaya, bila seorang guru melakukan proses pengajaran yang senantiasa tidak mematikan potensi siswa dan terkait antara dunia pengajaran dengan dunia realitas , dan (4) disebut Guru Kaya, bila seorang guru mau senantiasa belajar dengan mensinergiskan otak kir, otak kanan, pancaindera dan hatinya untuk memperoleh sumber ilmu yang hakiki.
Kiat Guru Menjadi Guru Kaya Selama ini

Beragamnya pendapat tentang makna guru kaya ternyata berpengaruh pada kiat kebanyakan guru untuk menjadi guru kaya. Sebagaian besar guru menginkan menjadi guru kaya melaui usaha meningkatkan kesejahteraan. Seperti kita ketahui bersama bahwa ada beberapa guru untuk meningkatkan kesejahteraan dengan menjalankan usaha diluar. Ada yang melaksanakan les privat atau klasikal di rumah, ada yang membuka dealer kendaraan, ada yang makelar serba bisa, ada yang buruh rental, ada yang jualan di rumah, ada yang buka sewa kesenian organ tunggal, ada yang menjadi penyanyi panggilan dan lain sebagainnya. Itulah realitas yang kita jumpai didaerah kita. Kiat di atas tidak ada yang menyalahkan tetapi apakah kiat itu tepat.
Menimbang pengaruh kiat menjadi guru kaya melalui usaha peningkatan kesajahteraan.
Sebagaian yang menganggap boleh-boleh saja melaksankan usaha di luar sekolah untuk mewujudkan kiat meningkatkan kessejahteraan guru. Selama tidak menganggu tugas utama sebagai guru seperti mengajar dikelas, memenuhi administrasi sekolah, dan lain-lain. Namun kita pun perlu memikirkan sebuah pertanyaan ’’ bukankah setiap aktivitas manusisa pasti mencurahkan tenaga, waktu dan pikiran juga ada batasanya? Berawal dari pertanyaan itulah mungkin kita akan berandai-andai betapa nikmatnya hidup seorang guru yang dapat berkosentrasi penuh terhadap tugas utamanya mengajar dan mendidik, cukup waktu unuk menuliskan pengalaman membelajarkan siswa tanpa susah-susah menambah penghasilan dari usaha luar. Sebab dengan melakukan uasaha luar, fisik kita akan lebih mudah cepek dan pikiran kita juga akan mudah kelelahan karena kemampuan manusia terbatas.
Sementara kalau kita cermati secara seksama makna guru kaya menurut Amir Tengku Ramly dalam bukunya Perubahan Paradigma to Be Quadran, memang sedikit memberikan ruang kepada kita untuk dapat bisnis/ usaha/ bekerja diluar sekolah untuk meningkatkan kesejahteraan demi pengakuan sebagai guru kaya. Penulis akan mengajak para pembaca untuk merenungkan bersama terhadap statemen bahwa bisnis/usaha/bekerja/ di luar sekolah cenderung akan menuntun guru bersikap materalistik dan seorang materialis tidak akan pernah merasa kaya sepanjang hidupnya. Ia secara kejiwaan akan selalu merasa kurang meskipun berlebihan materi. Orang kaya yang tudak merasa kemiskinannya. Inilah yang mendasari lahirnya mentalitas kaya yang merupakan bagian terpenting dari kekayaan itu sendiri. Disisi lain, penulis melihat kenyataan bahwa ada sebagian guru yang tampak tidak bisa hidup layak jika tidak sambil bekerja diluar sekolah. Penulis juga melihat kenyataan bahwa tidak sedikit guru SD yang secara kejiwaan kelelehan untuk mengajar karena gajinya minus. Penulis juga melihat kenyataan bahwa banyak SD yang siswanya makin lama makin tertinggal pengusaan pelajarannya sehingga giliran masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi mereka sangat berat mengikutu pelajaran.
Para pembaca dapat membayangkan seperti apa Mutu SD jika tiap tahun 65% lebih siswanya yang masuk SMP mampu menjamin dalam satu bulan siswa kelas 1 awal hafal perkalian, namun beranjak pada materi lain siswa sudah lupa lagi. Memang benar kata pak Muthas guru waktu sekolah di kelas 3 SDN Subah 1 pada 22 tahun yang lalu”kalau mau hafal perkalian dengan berawal dari konsep penjumlahan berbilang maka sulit nanti melupakannya.kamu akan menjadi mudah membagi bilangan dan berhitung lainnya pada sekolah yang lebih tinggi.’’ Demikian kata yang sudah penulis bahasakan sendiri tanpa mengubah subtansinya.

Menjadi guru kaya di tengah upaya meningkatkan kesejahteraan dan Profisionalisme Guru. Kalu kita memperhatikan uraian di atas, kita akan mendapati beberapa alur berpikir yang landasan sosiologinya berbeda. Ibarat dua orang yang berangkat dari dua kutub yang berlawanan (kutub utara dan kutub selatan) tetapi akan pergi dengan tujuan yang sama yaitu menjadi ”Guru Kaya”. Tanpa mengabaikan realitas hidup guru sekarang dapat menjadi guru yang kaya, kita memang benar-benar akan menjadi Guru Kaya sebenarnya (Guru kaya –Amir Tengku Ramly, red). Kutub utara akan diisi oleh semua guru di Indonesia dengan upaya-upayanya: (1) membangun mental penuh percaya diri, bangga dan senantiasa bergairah menjalani tugas profesinya, (2) mensyukuri nikmat yag diterima Tuhan, (3) mau mengubah nasibnya sendiri, (4) menjaga ketenangan jiwa dan berorentasi untuk ibadah kepada Allah SWT, (5) optimis dalam mengembangkan profesi melalui kebiasaan mengajar yang baik dan menulis pengalaman mengajar, serta (6) berusaha menempatkan profesi guru menjadi profesi terhormat diantara profesi lainnya.
Sementara kutub selatan akan diisi oleh upaya-upaya pemerintah dan wakil rakyat dalam mensejahterakan guru atau mendukung terwjudnya guru yang kaya. Pemerintah dan wakil rakyat harus menjamin kesejahteraan guru agar guru di Indonesia memilki tenaga untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selam guru belum mampu memenuhi kebutuhan primer saja dan memaksa guru bekerja di luar sekolah, maka selama itu pula pemerintah wakil rakyat dikatakan belum mampu memperjuangkan majunya dunia pendidikan di negara kita. Debat mengenai korelasi peningkatan mutu pendidikan dengan peningkatan mutu pendidikan dengan peningkatan kesejahteraan guru yang sudah lama dilakukan. Namun kita prlu belajar dari sejarah. Bagaimana dulu kondisi pendidikan di indonesia dibanding dengan negara-negara se-Asia.
Lalu sekarang begaimana. Sebab program pemerintah yang ditempuh selama ini sebenarnya sudah tepat dan mendukung kemajuan pendidikan. Baik melalui program pendidikan dan pelatihan peningkatan mutu pendidikan bagi guru, kepala sekolah, pemilik, penjabat-penjabat penting lainnya di lingkungan Dinas Pendidikan, program bantuan block grant dan matching grand untuk pengadaan sarana dan prasarana sekolah, program peringanan biaya sekolah seperti BOS dan beasiswa, dan program-program stimulus lainnya seperti penghargaan guru /pengembangan profesi lewat even-even nasional (simposium Guru, lomba keberhasilan dalam pembelajaran, dll); dan tidak kalah pentingnya, pemerintah sekarang berencana akan memberikan tambahan kesejahteraan guru sejalan dengan status pengembangan profesi. Semoga saja ini benar-benar terlaksana karena akan memberikan spirit bagi guru-guru yang berpotensi. Jadi dibanding dengan negara Asean lainnya sebenarnya Indonesia tidak kalah di dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hanya mungkin ada satu yang kurang (kesejahteraan guru), dan yang satu itu justru belum menjamin terwujudnya Guru Kaya sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan baik oleh guru maupun pemerintah menjadi terhambat.
Pemerintah belum saatnya berbangga hati dengan dapat meningkatkan gaji guru belum lama ini. Sudah saatnya pemerintah menempuh langkah riil untuk penuhi kesejahteraan guru semestinya. Guru di Indonesia tidak menghendaki gaji yang besar, tetapi hanya menghendaki gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya.sudah saatnya guru Di Indonesia dilepaskan dari tekanan psikologis beban kehidupan primernya. Sudah berpuluh-puluh tahun mereka bersabar menghadapinya, sesabar mereka berusaha menjadi Guru Kaya, yang sebenarnya (Guru kaya-Amir Tengku Ramly,red).