Rabu, 28 Januari 2009

TRAINING PUMPING TEACHER WILAYAH SUMSEL



Yang Tercecer dari Training Pumping Teacher

Wilayah Sumatera Selatan


Oleh: Budi Santosa (Perintis Program Pumping di Sumsel/dosen)


Tahun 2006 bulan November, pertama kali kubaca istilah Pumping Teacher dari buku yang ditulis oleh Amir Tengku Ramly. Membaca bukunya, saat itu ada keinginan untuk mengikuti Training Pumping Teacher yang diselenggarakan oleh Pumping Learning Center (PLC) Bogor. Karena biaya untuk mengikuti training saat itu menurutku relatif mahal (Rp. 585.000,-) maka keinginan untuk ikut kutunda sementara walaupun surat dan brosur dari PLC sudah dikirim dari PLC ke tempat dimana aku kost di Jakarta.

Ketika aku bertugas di Bogor sebagai fasilitator di SMAN 3 bogor untuk program RSBI bulan Desember 2007, saat itu hari Jum’at, selesai sholat Jum’at di masjid raya Bogor, aku tertarik dengan brosur yang tercecer di jalan di depan masjid. Setelah kubaca ternyata brosur Training Pumping Power yang diselenggarakan oleh PLC. Akhirnya kuikuti training tersebut tanggal 11 Januari 2008 dalam rangka meningkatkan kompetensi diri dan menenangkan konflik bathin yang kualami berkaitan dengan penyelesaian studiku di Jakarta dan persoalan bathin lainnya dalam kehidupanku. Alhamdulilah setelah mengikuti training tersebut ada perubahan caraku memandang kehidupan.

Keinginan mengikuti training Pumping Teacher terus tumbuh dan menggelora, dan Alhamdulilah, akhirnya aku punya kesempatan mengikutinya pada bulan Maret yaitu tanggal 11-12 Maret 2008. Saat itu biaya mengikuti training Rp. 650.000,- tapi karena aku sudah member Pumping ketika training pumping power maka aku hanya membayar Rp. 500.000,-. LUAR BIASA.... setelah aku mengikuti aktifitas training mulai dari penanaman the belief system, paradigma mengajar, prilaku mengajar dan tak kalah menyentuhnya ketika diakhiri dengan muhasabah (ESQ) dalam rangka peningkatan kompetensi emotional dan spiritual. Benar-benar perubahan yang LUAR BIASA aku rasakan tentang bagaimana aku memandang hidup sukses sebagai seorang guru dan seorang manusia. Maka begitu selesai acara training, aku menyatakan keinginanku untuk menjadi guru yang baik, orang yang bermanfaat bagi orang lain dan mengabdikan diri pada dunia pendidikan, dan berusaha menjadi orang yang dirindukan kehadirannya dan ditangisi kepergiaannya. Dan diakhir pernyataan pumping statement aku bertekad agar aku dapat menyelenggarakan training ini di Palembang agar teman-teman di Palembang merasakan manfaat training ini. Dengan suara keras dan lantang serta penuh keyakinan dan permohonan pada Allah “Training di Palembang Harus aku laksanakan” dan diaminkan oleh semua peserta training.

Entah energi kuat apa yang mendorongku sehingga akalku terus berfikir, hatiku terus kuaktifkan dengan selalu memohon bantuanNya kiranya aku punya kesempatan mengadakan training ini di Palembang. Tapi..... bagaimana mungkin, fikiran seperti ini kadang menyelip dalam logika berfikirku. Apa ada guru yang mau ikut??? Bagaimana transport trainernya dari Bogor?? Peralatan yang harus kusiapkan??? Profesional Fee yang harus aku bayar??? Sementara aku sendiri tidak punya dana sebesar itu. Akhirnya dalam proses berfikir keras aku temui orang-orang yang menurutku satu visi dan misi denganku untuk mencerahkan dunia pendidikan yang menurutku menyimpang dari rel yang seharusnya. Keempat rekanku tersebut adalah Bu Yasmin (SMAN 18), Pak Suhuri (SMAN 2), Pak Muchlis (SMAN 1 OKI), Bu Maligan (SMPN 53). Akhirnya dengan bantuan keempat teman ini yang salah satunya istriku, Allah mewujudkan keinginanku untuk melaksanakan training ini yang saat itu biaya perorang hanya aku tetapkan Rp.250.000,-. Angkatan I ini diikuti oleh 48 orang guru dari TK sampai Dosen dan dari berbagai kabupaten di Sumatera Selatan dan dilaksanakan pada tgl 13 – 14 Mei 2008 dengan sebelumnya diadakan seminar nasional sehari yang uangnya digunakan untuk menutupi biaya training. Saat itu 5 orang trainer di Bogor aku datangkan untuk memberikan training tersebut.

Kepuasan dari peserta, membuat aku dan teman-teman alumni training bersemangat untuk melaksanakan training ini lagi agar teman-teman yang lain juga merasakan manfaat luar biasa setelah mengikuti training. Dan.... Allah memberikan jalan itu, tanggal 30 – 31 Desember 2008 kembali aku dan teman-teman berhasil menyelenggarakan lagi untuk angkatan kedua yang diikuti oleh 40 peserta dengan biaya Rp. 350.000/ per peserta. Empat temanku yang pertama yang aku sebutkan di atas, juga diikutkan sebagai peserta TOT untuk menyiapkan mereka menjadi Co-Trainer di masa yang akan datang.

Sambutan teman-teman peserta sangat LUAR BIASA,... ada kepuasan dan keinginan berubah menjadi lebih baik, menjadi guru yang benar-benar “guru” (digugu dan ditiru) yang tidak hanya mengajar tetapi menginspirasi siswa mereka untuk menjadi seorang pembelajar. Salah seorang teman peserta berkomentar SANGAT LUAR BIASA ujar pak Anton peserta dari daerah Banyuasin ketika menyampaikan pumping statementnya, bak seorang Trainer ia berkata dengan semangat menggelora“ Selama 24 tahun bertugas menjadi guru dan sudah banyak dan sering mengikuti pelatihan, baru training ini yang betul-betul dapat membuat saya merasakan manfaatnya walau harus mengeluarkan uang” . Biasanya kalau ikut pelatihan dapat transport, tetapi ikut training ini keluar duit sendiri plus transport sendiri tetapi manfaat yang kami peroleh SANGAT LUAR BIASA. Inilah training yang paling menyentuh yang pernah saya ikuti, begitu kira-kira isi statement pak Anto saat itu. Semua peserta merasakan puas dengan training ini dan berharap Dinas Pendidikan Kota/Propinsi dapat memfasilitasi agar training ini dapat dirasakan oleh semua teman-teman guru untuk mencerahkan guru-guru yang pada gilirannya dapat mencerahkan wajah pendidikan di Sumatera Selatan. Alhamduliah, aku makin yakin training ini akan menimbulkan semangat baru yang dapat mengubah wajah pendidikan Indonesia.

Aku ingin kegiatan training ini terus dilaksanakan untuk memberi sentuhan nurani pada guru-guru di Sumatera Selatan dalam rangka mencerahkan dunia pendidikan di Sumatera Selatan pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Karena aku yakin nurani merupakan pusat kecerdasan manusia “Heart brain” yang kekuatannya 5000 kali kekuatan fikiran. Program Pumping Teacher, menurutku program yang paling tepat saat ini untuk meningkatkan kompetensi diri, kompetensi profesi dan kompetensi spiritual seorang guru. Mudah-mudahan Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk menyelenggarakan ini terus di Sumatera Selatan sampai aku benar-benar tidak dapat lagi berbuat apa-apa yakni ketika aku harus meninggalkan dunia fana ini, menutup mata untuk selama-lamanya, menghadapNya untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah aku lakukan selama di dunia. Semoga pak Amir, sang kreator model pumping diberi panjang umur dan segera mendapatkan kader-kader terbaik untuk mendampinginya dan meneruskan training ini sehingga Pumping Teacher akan cepat dirasakan oleh seluruh guru di Indonesia sehingga misinya mencetak sejuta guru kaya di Indonesia akan terwujud.

Pumping Teacher meletakkan paradigma yang benar dalam mengajar dan mendidik, mengajar dengan menggunakan prilaku mengajar yang benar dan tepat sesuai dengan gaya belajar siswa, mengoptimalkan seluruh potensi kecerdasan manusia yakni panca indera, akal dan hati serta berupaya selalu menghadirkan sang pencipta yang pengatur dunia ini. Ya Allah.... kami mohon kepadaMu berikan kesempatan kiranya PUMPING TEACHER dapat dirasakan oleh seluruh guru di Indonesia, aku sangat yakin TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN KALAU ENGKAU MENGHENDAKI SESUATU YANG MENURUTMU BAIK. Amin. SALAM SUKSES LUAR BIASA, SALAM SUKSES BERMAKNA

Rabu, 21 Januari 2009

Training Pumping Power PUSKARI DKP


From: http://www.puskari.dkp.go.id/detil_kegiatan.php?id=35

”PUMPING YOUR POWER !!!” Begitulah slogan yang selalu di usung oleh Tengku Amir Ramly beserta para instruktur lainnya di Pumping Foundation guna memberi semangat untuk memompa semangat dan mengali kekuatan yang ada dalam diri kita semua hingga mendorong terjadinya peningkatan baik dalam kehidupan kita dengan Tuhan, Manusia dan Karier kita.

Selama 4 (empat) hari semua staff Pusat Karantina Ikan dan 2 (dua) peserta tambahan dari Stasiun Kelas I Tanjung Priok Jakarta dan Balai Besar Karantina Ikan Soekarno Hatta dikumpulkan jadi satu, dengan mengambil tempat di kawasan Puncak-Jawa Barat acara berlangsung penuh canda tawa karena diisi oleh banyaknya permainan outdoor dan indoor yang diberikan sangat seru, meriah dan membuat kami semua merasa ‘Fun’ dan terbebas dari rutinitas pekerjaan kantor sejenak. Di dalam permainan itu sendiri terkandung makna untuk menanamkan kepada kita mengenai prinsip-prinsip kebersamaan, kekompakkan dan kerjasama disamping tetap menyisipkan motivasi yang selalu menekankan kepada kata : “ Know your Self and Believe that you can do anything you wanted to be ” sehingga dengan sendirinya melahirkan rasa optimesme yang tinggi dalam melakukan segala hal.

Anda percaya tidak? melalui acara ini telah tercetus sebuah komitmen dari para staff Puskari untuk meningkatkan kinerjanya yakni dengan melihat tulisan yang dibingkai dengan indah yang didalamnya mengatakan : “ Kami bekerja untuk mewujudkan Karantina Ikan Modern, Professional, Kondusif, Bertaqwa dan Terpercaya secara Nasional dan Internasional.”

Semoga tulisan itu tidak hanya menjadi kata hiasan yang menghias sudut dinding semata, namun menjadi sebuah komitmen yang akan selalu diingat dan tertanam di hati para
pencetusnya karena kita semua telah menyadari bahwa kita memiliki dan diberkahi Tuhan bibit-bibit kehebatan sejak awal dan bibit-bibit itulah yang nantinya akan membuat Pusat Karantina Ikan tumbuh dengan baik.

CERITA DIBALIK PUMPING TEACHER





kamis,1 januari 2009

By:Dra.EmaNurnisyaPutri Palembang,
FROM http://enisya.multiply.com/

Sebenarnya sebel juga sih ,waktu mau foto bareng untuk alumni Angkatan ke-2 wilayah Sumsel Training Pumping Teacher yang diadakan di hotel Balvena Palembang pada tanggal 30-31 Desember 2009, sayup-sayup terdengar ”Ehh......jangan disini, ini kan untuk Trainernya”, kata Amir Tengku Ramli Lead trainer PUMPING Learning Center,”ehh.. iya.. ..yaa.....”, emang dasar si sanguinis asal dia senang aja, walaupun sesaat kemudian dia harus mindahin badan mencari posisi untuk diabadikan, biasalah..... sanguinis si muka kamera,nggak bisa liat kamera”on” langgsung beraksi walaupun kadang-kadang pura- pura dak liat, sok jaim padahal pengennya tuh di sut aja sama kamera hehehe....................

Hari ini adalah pertemuan kami yang terakhir dari dua hari yang telah ditentukan dan besok dibukanya lembaran baru startnya tahun 2009, mata kami semuanya merah dan dari sudut ruangan masih terdengar sesegukan ibu-ibu, serta tarikan nafas dalam para bapak-bapak yang tidak mau di cap cenggeng , yaah kami semua terharu
setelah kami mengikuti sesi ”KOMPETENSI SPIRITUL” entah apa yang ada di alam fikiran kami, rasa sesal, rasa bersalah, rasa syukur dan rasa rindu pada orang tua, anak, suami/istri atau orang-orang tercinta yang mungkin saat ini ada yang telah bersemayam di alam yang berbeda, semua itu hanyut terbalut dengan keharuan kami masing–masing. Kami sadar bahwa kami adalah mahluk Allah yang paling sempurna diantara mahluk-mahluk ciptaan-Nya dan sebagai khalifah dimuka bumi kami seharusnya patut berbangga bahwa profesi yang kami jalani selain dapat menghidupi kami dialam fana ini juga dapat menghidupkan bekal kami menuju alam yang lebih kekal, ahh........kesannya terlalu ”Idealis” tapi sesungguhnya ke-idealisan itu harus dipupuk agar tumbuh subur pada jiwa kami yang mungkin mulai mengerontang tapi terlapisi hijaunya seremonial-seremonial yang membudaya,

Dengan langkah pede-nya, Pak Anto mengangkat satu persatu kedua kakinya keatas kursi untuk selanjutnya naik keatas meja kecil yang disulap menjadi panggung mini pada sesi ”PUMPING STATEMENT’,dan”Huupp.........yaa..”.
kami rekan-rekan se-profesinya menyemangati, Pak Anto mulai mengambil ancang-ancang dengan mata berbinar-binar ia menatap kami dan....”SALAM SUKSESS!!!” terluncur dari bibir Pak Anto, ”LUAR BIASAA!!!” kami menyambut salam dari Pak Anto tak kalah lebih bersemangat lagi.Kami semua peserta trainig diwajibkan untuk menuliskan dan melafaskan statement kami tentang profesi,visi,target dan apa yang harus diperbaiki (perubahan) pada sesi ini. Perlahan tapi pasti dengan suara lantang Pak Anto memulai cerpennya, dia menempuh perjalanan 4 jam naik speedboad dari tempat dia mengajar di Kabupaten Musi Banyuasin untuk sampai ke kota Palembang dan menginap dirumah saudara salah seorang rekan kami yang juga mengikuti Training PUMING Teacher ini, Pak Anto yang tanpa bermaksud promosi dan sangat jauh dari unsur politik mengatakan bahwa ia sering ikut seminar,pelatihan dengan mendapatkan modul/fotokopi materi pelatihan dan tak lupa dapat uang transport/lounsum juga tapi setelah selesai pelatihan maka semua modul/fotokopi tersimpan rapi tanpa pernah dibuka kembali, selintas yang dapat kami simpulkan dari pernyataan Pak Anton bahwa secara fisik ia mendapatkan ”sesuatu”entah penggantian uang transport,uang lounsum atau teman baru tetapi secara fsikis dia belum tersentuh,belum dapat mengubah paradigma Pak Anto sebagai seorang guru.
Sebenarnya apa yang dirasakan Pak Anto itulah yang mungkin kami rasakan selama ini, cenderung tidak konsisten dan patah arang (berlebihankan????) sehimgga berdasarkan cara pandang baru terhadap diri dan profesi guru untuk mengembangkan dirinya, baru tergolong pada kuadran guru pekerja???? Mudah-mudahan ini hanya penilaian ataupun instrospeksi terhadap diri,hingga memotivasi kami untuk memasuki kuadran yang lebih tinggi.

Just for:Ema
Raihlah profesialisme
Hidup lebih bermakna
Milikilah semangat rajawali
Salam
d.t.o
Amir T Ramly
Seuntai kalimat diatas adalah penggalan kata kata yang diukirkan oleh Amir Tengku Ramly sebagai Motivator Pendidikan Indonesia pada koleksi buku referensi terbaru sanguinis yang bertitel “PUMPING TEACHER,Memompa Teknik Pengajaran Terbaik”. Sosok sang motivator sangatlah bersahaja,pendiam, ramah, lembut dan penuh perhatian, potret diri yang didominasi melankolis, sebelum pelaksanaan training semua peserta dosen, guru TK, SD. SMP, SMA, Perguruan Tinggi yang berjumlah 40 orang dari kabupaten dan kota se-sumsel dilakukan Test Talent untuk mendapatkan gambaran tentang pemahaman diri melalui kekuatan talenta, setelah hasilnya dibagikan, sang motivator langsung mendekati si sangunis “Bagaimana Bu Ema ,ada perubahan?”katanya, ”Iya pak dari sanguinis sempurna jadi sanguinis damai”, jawab si sangunis. “ya bagusla kalo berubah, Pola Pikir dan Pengembangan Diri nya?”, ”Sensing Thinking, Pak”, jawab sisanguinis beliau mengangguk kan kepala. Bu Ana salah seorang peserta yang mengajar di salah satu PTS yang ada di Palembang bertanya
mengapa ”Potret Diri-nya” berubah dari MasterAltruis menjadi Phlegmatis Kuat, sang motivator balik bertanya apakah bu dosen itu memperoleh tugas memegang jabatan tertentu.Dan mungkin saja ada sesuatu yang telah terjadi tanpa disadari oleh bu dosen tetapi tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata apa yang telah berubah .Selayaknya perubahan itu memang harus ada dan harus dilakukan, harapan semua orang tentunya bersubstitusi kearah yang lebih baik. Sisanguinis dan bu dosen ini adalah peserta yang sudah ikut pada angkatan ke-1 dan merefresskan kembali pada angkatan ke-2

Perubahan merupakan kata kunci yang dibutuhkan saat ini.Dalam kerangka pelatihan Pumping Teacher adalah suatu perlakuan pumping melalui pergeseran paradigma to have ke to be,pemahaman diri dan siswa siswi, teknik motivasi dan pembelajaran di kelas-kelas serta pengembangan kekuatan spiritual melalui cahaya hati.Apa yang membedakan Pumping Teacher dengan Program Training sejenisnya? hingga lebih tajam dan menyentuh bagi peserta yang mengikutinya. Pendekatan pengajaran
yang digunakan adalah memberdayakan 3 bagian penting manusia yaitu fisik, otak dan hati secara teknis melalui ekplorasi kelas di dukungan oleh interactive lecturing,ilustrasi,simulasi/role play yang disajikan dengan audio visual modern serta nuansa edu+spiritainment.Teknik Pengajaran yang digunakan adalah menggali kepribadian dasar (potret diri) dan mengenal teknik personalisasi serta kecakapan dasar melalui tiga kekuatan kompetensi yaitu spiritual, diri, Profesi serta memanfaatkan teknik pumping sebagai alat pemacu motivasi belajar mengajar.

Tidak dapat dipungkiri training seperti ini membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, kontribusi yang dikeluarkan oleh para peserta trairing sangatlah besar. Kalau kita bandingkan dengan training sejenis misalnya ESQ dengan menggali unsur spiritual yang bermuara ke mentalitas,pada pumping teacher lebih spesifik lagi mentalitas,moralitas dan spiritualitas merupakan faktor penting menjadi cara pengembangan prilaku mengajar dan unsur keseimbangan prilaku seorang guru. Harapan kami semua mudah2an penyelenggaraan training seperti ini dapat difasilitasi oleh pemerintah ataupun oleh instansi terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan Nasional ataupun Lembaga Pendidikaan lainnya. Sebagai gambaran sudah sangat perlu dipikirkan ataupun dipertimbangkan metode/teknik pengajaran training/pelatihan yang diselenggarakan sudah mengacu pada pemberdayaan fisik, otak, dan hati dengan penggarapan yang profesional serta didukung fasilitas yang baik, hingga tidak terkesan hanya seremonial belaka atau sekadar bagi-bagi uang lelah. Bukankah guru juga manusia yang membutuhkan pencerahan kembali,

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi IQ (kecerdasan otak) tanpa didasari pemahaman dan keyakinan bahwa sumber iptek adalah dari Allah SQ (Kecerdasan Spiritual) justru akan membuat manusia lebih banyak melakukan trial and error maka lahirlah orang-orang cerdas secara intelektual tetapi tidak bermoral dan lupa akan tanggungjawab. Sesungguhnya sangatlah penting (dibutuhkan) akan bimbingan suara hati EQ (kecerdasan Emosi) agar terbentuk kepribadian sejati dan kecakapan profesi yang optimal di era global yang kometitif ini,menjadikan hidup lebih bermakna.
LITERATUR :
Ramly,AT .,Pumping Talent,Jakarta:Pumping Publiser,2008
Ramly,A.T.,PumpingTeacher,Jakarta:Pumping Publiser,2008
Agustian, Ginanjar A.,ESQ Berdasarkan 6 rukun Iman dan
5 rukun Islam,Jakarta:PenerbitArga 2001

Selasa, 13 Januari 2009

SOSOK GURU PROFESIONAL

MENGKAJI SOSOK GURU MATEMATIKA YANG PROFESIONAL

From http://mulyatisolo.blogspot.com/

A. PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu yang abstrak, hirarkis dan konsisten yang melandasi disiplin ilmu lainnya dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini juga dilandasi oleh perkembangan matematika. Oleh karena itu, di Indonesia mata pelajaran matematika diberikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT).

Belajar matematika tidak hanya bertujuan memperoleh pengetahuan tetapi juga diharapkan terbentuknya nilai dan sikap berikut (Mohammad Soleh, 1998: 9): kebiasaan bekerja baik (sistematis, fleksibel, imajinatif, kreatif), sikap positif (berminat, termotivasi, dan menyenangi pekerjaan), kemampuan belajar efektif (menyelidiki, memecahkan masalah, berpikir logis, rasional dan kritis, serta menghargai keteraturan dan keindahan), nilai-nilai positif atau akhlak yang baik (disiplin, jujur, efisien dan efektif, selalu mencari kebenaran).

Selama ini ada anggapan dalam mempelajari matematika hanya menggunakan otak kiri (intelektual) saja, sehingga siswa hanya menghapal tanpa pemahaman. Kondisi ini diperparah dengan pembelajaran guru yang hanya menekankan aspek penyajian materi tanpa menekankan pentingnya nilai-nilai luhur dalam matematika. Sistem pendidikan juga tidak mendukung, terbukti ukuran keberhasilan ditentukan oleh Ujian Nasional (UN) yang hanya mengukur kemampuan matematika sebagai aspek pengetahuan (kognitif).

Belajar matematika tidak hanya memerlukan kecerdasan intelektual saja. Agar berkembang, matematika membutuhkan kreativitas, imajinasi, estetika, akal budi, dan intuisi, dan kebenaran (M. Masykur dan Abdul Halim F, 2007: 68). Dalam belajar matematika perlu didukung kemampuan emosional (otak kanan) dan spiritual (hati), karena kemampuan intelektual (pikir) sangat dipengaruhi kemampuan emosional dan spiritual (Abdusysyakir, 2007: 28-29). Untuk mempelajari matematika dengan baik perlu ada aktivitas menikmati dan merasakan, di samping aktivitas berpikir.

Dengan pola pembelajaran yang memadukan beberapa aspek tersebut diharapkan aka adanya pemahaman peserta didik, tidak hanya aspek pengetahuan (kognitif) tetapi juga sikap terhadap matematika. Untuk mengaplikasikan konsep tersebut diperlukan sosok guru matematika yang mempunyai kompetensi tinggi dan profesional. Lantas seperti apa sosok guru yang diharapkan tersebut? Pada makalah ini akan dikaji dan diuraikan tentang profil guru yang profesional agar pembelajaran matematika dapat berkualitas sehingga meningkatkan mutu pembelajaran secara keseluruhan.

B. KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

Guru merupakan faktor yang sangat dominan menentukan kualitas pendidikan. Guru memegang peran ganda sebagai pengajar dan pendidik. Guru dituntut tidak hanya sebagai pengajar yang mentransfer sejumlah materi pelajaran ke siswa, tetapi sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kretaif dan mandiri. Tugas yang berat tersebut hanya dapat dilakukan oleh guru profesional dan memiliki kompetensi tinggi.
1. Kompetensi Guru
Armstrong (2004: 92) menyatakan kompetensi adalah knowledge, skill dan kualitas individu untuk melaksanakan tugas yang dihubungkan dengan pekerjaannya. Finch & Crunkilton dalam Mulyasa (2005: 77) menyatakan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Senada hal tersebut Willy Susilo (2002: 6) menyatakan kompetensi (individu) adalah kombinasi pengetahuan, kemampuan/ketrampilan dan sikap yang dimiliki seorang karyawan sehingga mampu melaksanakan pekerjaannya dengan baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) Bab IV Pasal 10 Ayat (1) dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa guru mempunyai 4 kompetensi yaitu:

  • a. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia;
  • b. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya;
  • c. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar pendidikan;
  • d Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.


2. Profesional
Sebagian besar menyatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang profesional. Istilah guru profesional dalam UUGD sebenarnya lebih sempit dibanding makna profesional itu sendiri. Profesional sering diartikan sebagai suatu ketrampilan teknis yang dimiliki seseorang. Saat ini istilah profesional sangat populer dan digunakan hampir untuk setiap pekerjaan (Kidd et al., 2004: 177 -178). Beberapa ahli mengatakan istilah kompetensi profesional tidak sekedar kemampuan teknis mengajar dan penguasaan materi tetapi mencakup semua kompetensi lainnya.
Terdapat beberapa istilah yang saling berkaitan, yaitu profesi itu sendiri, profesional, profesionalisasi dan profesionalisme. Menurut Wadimin (2005: 45) Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan. Secara teoritis profesi tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang yang tidak disiapkan untuk itu. Profesional menunjuk pada penampilan seseorang sesuai dengan tuntutan atau bidang pekerjaannya, dan dapat juga menunjuk pada orangnya. Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan seseorang profesional (biasanya melalui pendidikan dan latihan yang intensif) sesuai bidang pekerjaanya, sedangkan profesionalisme menunjuk pada derajat ketrampilan seseorang sebagai profesional. Profesionalisme juga mengacu pada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja sesuai kode etik profesinya.
Profesi guru menurut UUGD merupakan bidang pekerjaan khusus yang memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat (1), sebagai berikut:

  • a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme
  • b. Memiliki kualifikasi dan latar belakang pendidikan sesuai bidang tugasnya.
  • c. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
  • d. Mematuhi kode etik profesi.
  • e. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.
  • f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.
  • g. Memiliki kesempatan untuk mengernbangkan profesinya secara berkelanjutan.
  • h. Memperoleh perlindungan hukum dalam rnelaksanakan tugas profesionalnya.
  • i. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.


Dalam menjalankan profesinya guru harus taat dan tunduk pada kode etik guru yaitu norma dan asas yang disepakati dan diterima guru-guru di Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga negara (Depdiknas, 2008: 2).
Dengan bekal kompetensi profesional dan menjalankan kode etik yang telah disepakati tersebut diharapkan dapat ditemukannya sosok guru yang ideal. Kode etik guru tersebut terdiri:

  • a. Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
  • b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
  • c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang siswa sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
  • d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
  • e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
  • f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
  • g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
  • h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
  • i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan.


C. SOSOK GURU MATEMATIKA YANG PROFESIOAL
Agar proses pembelajaran matematika berkualitas, maka diperlukan sosok guru yang profesional dalam semua aspek, baik keilmuan maupun sikap dan perilaku. Hal ini diharapkan melahirkan sosok guru ideal sehingga mampu mengantarkan peserta didik mencapai kompetensi matematika sebagai pengetahuan maupun sikap sehingga bisa diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Identifikasi tentang sosok guru matematika profesioanl terangkum dalam empat komponen professional di berbagai aspek: pengetahuan dan pendidikan matematika, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, profesi kependidikan matematika, dan stabilitas pribadi. Identifikasi tersebut merupakan pengalaman penulis dan kajian dari berbagai literatur yang relevan (Sobel & Maletsky, 2002; Van de Walle, 2008: 1 – 9, 38 – 62, Appendik B1; dan Marsigit, 2008a, b):

1. Profesional Dalam Bidang Pengetahuan Matematika dan Pendidikan Matematika

  • a. Guru menguasai matematika dan hakekat pembelajaran matematika
  • b. Guru memahami tentang hakekat perkembangan siswa dan hakekat siswa belajar matematika
  • c. Guru menguasai berbagai teori dan metode pembelajaran matematika

2. Profesional dalam Strategi Pembelajaran Matematika

  • a. Guru mampu mengembangkan Rencana Pembelajaran
  • b. Guru mampu menyiapkan lingkungan belajar dan iklim belajar matematika
  • c. Menguasai dan menerapkan keterampilan dan strategi mengajar
  • d. Mampu menyiapkan dan menggunakan alat bantu pembelajaran matematika

3. Profesional Dalam Meningkatkan Profesi Kependidikan Matematika

  • a. Guru menyesuaikan diri dan meningkatkan dengan perkembangan global kependidikan matematika
  • b. Mampu menerapkan dan merefleksikan profesi kependidikan matematika
  • c. Guru aktif sebagai anggota profesi pendidikan matematika


Selain beberapa indikator di atas berdasarkan pengalaman dan kajian beberapa literatur (Toto Tasmara, 2001; Ary Ginanjar Agustian, 2005; Amir Tengku Ramli & Erlin Tri Sulianti, 2006; Amir Tengku Ramli, 2007 (a, b, c) untuk menjadi guru matematika yang profesional perlu memiliki beberapa kecerdasan emosi dan spiritual dalam hal kepribadian dan keseimbangan diri atau personal stability dan berusaha penulis rangkum sebagai berikut:
1. Guru perlu mengembangkan mentalitas yang tinggi

  • a. Memiliki visi, penuh tanggungjawab, disiplin dan proaktif terhadap tugasnya.
  • b. Memegang teguh nilai-nilai profesi guru matematika dan kode etik profesi guru serta memegang teguh komitmen sebagai guru.
  • c. Memiliki integritas yang tinggi dan citra diri yang positif
  • d. Memiliki etos kerja tinggi dan menjauhi ketidakberdayaan
  • e. Mempunyai keteguhan idealisme sebagai seorang pendidik.

2. Guru perlu mengembangkan moralitas dirinya

  • a. Mampu mampu memberikan keteladanan sebagai manusia berbudaya beradap, berbudi pekerti luhur, jujur dan beretika tinggi,
  • b. Berjiwa besar menerima kekurangan murid, dan berempati
  • c. Mampu mengemban amanah; dipercaya, menghargai dan menghormati orang lain.

3. Guru mengembangkan spiritualitas dirinya

  • a. Mempunyai karakter yaitu teguh pada prinsip-prinsip dan keyakinan sebagai kekuatan diri, tidak terombang ambing pada situasi apapun,
  • b. Sikap tenang, santun, memiliki akhlak mulia, memiliki iman yang kuat,
  • c. Menghargai prinsip-prinsip kebenaran, mengekspresikan gagasan dengan berani, diikuti tenggang rasa dan menghargai gagasan atau perasaan orang lain,
  • d. Mampu mengendalikan diri, santun tapi bersikap tegas,
  • e. Melakukan proses pengajaran yang menumbuhkan nilai-nilai spiritual dan humanisme pada jiwa peserta didik.
  • f. Mensyukuri segala kenikmatan yang berikan Allah atas profesinya sebagai guru

4. Perhatian terhadap Estetika
Untuk menjadi guru profesional selain memiliki berbagai kemampuan profesional maka harus mempunyai citra diri yang positif di depan peserta didik dan masyarakat berkaitan dengan penampilannya, yaitu:

  • a. Kebersihan diri
  • b. Cara Berpakaian


D. PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, sosok guru matematika yang ideal adalah adalah guru yang memiliki berbagai macam kompetensi dan kecerdasan yang terpancar jelas dari karakter dan prilakunya sehari-hari, baik ketika sebagai pendidik, di tengah komunitas profesi, maupun sebagai anggta masyarakat. Beberapa kecerdasan yang diuraikan di atas dapat dikelompokkan menjadi empat kecerdasan yang harus dimiliki sosok guru ideal yaitu kecerdasan: intelektual (otak kiri), emosional (otak kanan), spiritual (hati) dan pancaindera. Oleh karena itu itu sudah seharusnya sebagai guru berlomba-lomba untuk menjadi sosok guru yang ideal. Ideal di mata peserta didik, ideal di mata masyarakat, dan ideal di mata Allah. Bila semakin banyak guru ideal yang tersebar di sekolah-sekolah kita, maka sudah dapat dipastikan akan banyak pula sekolah-sekolah berkualitas yang mampu membentuk karakter siswa yang cakap dan memiliki budi pekerti yang luhur.

E. DAFTAR PUSTAKA
Abdusysyakir, 2007. Ketika Kyai Mengajar Matematika. Malang: UIN Malang Press.

Amir Tengku Ramli, 2006. Memopa Teknik Pengajaran Menjadi Guru Kaya. Jakarta: Kawan Pustaka.

_________________, 2007a. Menjadi Guru Kaya. Bekasi: Pustaka Inti.

_________________, 2007b. Menjadi Guru Idola: Mengajar dari Kedalaman Cinta. Bekasi: Pustaka Inti.

_________________, 2007c. Menjadi Guru Bintang: Mengajar dengan Cahaya Hati. Bekasi: Pustaka Inti.

Amstrong, M., 2004. Performance Management. Terjemahan. Alih Bahasa: Toni Setiawan. Yogyakarta: Tugu Publisher.

Ary Ginanjar Agustian, 2005. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ). Jakarta: Arga Wijaya Persada.

Depdiknas, 2005. Undang-undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

_________, 2008. Kode Etik Guru Indonesia dan Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Jakarta: Kegiatan Peningkatan Penghargaan dan Perlindungan Profesi Pendidik, Direktorat Profesi Pendidik Departemen Pendidikan Nasional.

Kydd L., Crawford M., Riches C., 2004. Professional Development for Educational Management. Terjemahan. Alih Bahasa: Ursula Gyani. Jakarta: Grasindo.

Marsigit, 2008a. Guru Matematika Bertaraf Internasional. Artikel dalm Blog. Sumber: www.pbmmarsigit.blogspot.com. Posting: 21 Desember 2008. Akses: 28 Desember 2008.

Marsigit, 2008b. Indikator Guru Matematika yang Profesional. Artikel dalm Blog. Sumber: www.pbmmarsigit.blogspot.com. Posting: 26 Desember 2008. Akses: 28 Desember 2008.

Moch Masykur & Abdul Halim Fathani, 2007. Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Moh Uzer Usman, 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mohammad Soleh, 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Matematika Sekolah. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyasa, 2005. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sobel Max A., Maletsky Evan M., 2002. Mengajar Matematika: Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas dan Strategi. Edisi Ketiga. Alih Bahasa: Suyono. Jakarta: Erlangga.

Toto Tasmara, 2001. Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence). Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak. Jakarta: Gema Insani Press.

Van De Walle John A., 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah: Pengembangan Pengajaran. Jilid 1. Edisi Keenam. Alih Bahasa; Suyono. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wadimin, 2005. ”Profesionalisme Guru”. Artikel dalam Majalah Gerbang Edisi 2 th V - 2005

Willy Susilo, 2002. Audit SDM. Jakarta: PT Vorqistatama Binamega.