Senin, 15 Desember 2008

MEMERDEKAKAN GURU

Oleh : MA. Busthonul Arif eL-Fahm

Dalam ramalan Alfin Tofler dalam karya futuristiknya, ia meramalkan bahwa dunia ini akan memasuki perubahan-perubahan besar, yang ditandai dengan tiga gelombang perubahan besar, Gelombang pertama pada era 1800-an, orang bisa dikatakan kaya apabila orang tersebut mengusai asset lahan tanah, hal ini dikarenakan dimana lahan tanah menjadi asset yang sangat vital karena akan memberi pengaruh yang sangat besar pada kehidupan seseorang. Gelombang kedua pada era 1900-an, adanya era dimana industri menjadi asset terpenting yang memberikan pengaruh besar bagi kehidupan. Maka pada era ini lahirlah sosok orang kaya karena mengusai asset industri.

Gelombang ketiga pada era 2000-an, adanya era dimana informasi menjadi sebuah kekuatan yang sangat signifikan dalam mempengaruhi perubahan pada kehidupan Sehingga pada era ini (baca: sekarang) orang yang paling kaya adalah orang yang mampu mengusai asset informasi. Amerika adalah buktinya sehingga Negara ini mampu menjadi Negara adikuasa. Dan hal ini bisa kita lihat pada fenomena masyarakat sekitar kita yang hampir semua, bahkan hampir seluruh penduduk dunia mempunyai ponsel, sehingga produsen alat telekomunikasi dan informasi adalah “rajanya” manusia pada abad sekarang ini.

Ketika kita berbicara tentang dunia pendidikan, kita tidak akan lepas dengan sosok seorang pendidik (Guru), lalu bagaimana kedudukan dan posisi seorang guru dalam strata social tersebut (dalam konteks Globalisasi-Informasi)?

Kita bisa melihat dalam sejarah kehidupan, bahwa ternyata banyak para tokoh pendidik yang sebagian besar tidak mampu untuk mengapai pada strata paling tinggi, sebagai pemilik/tuan tanah atau pemilik industri (pengusaha) atau penguasa informasi. walaupun kita juga tidak menafikan bahwa status Guru yang mendapat predikat dari masyarakat sebagai “Pahlawan tanpa tanda Jasa”. Tetapi Hal ini menjadi ambivalen ketika kita melihat realitas pada dunia pendidikan yang ada disekitar kita dan hal ini diperparah dengan paradigma klasik bahwa menjadi guru harus siap miskin. Banyak cerita-cerita yang berkembang dimasyarakat, biasanya paradigma ini berkembang ketika para orang tua memberi wasiat kepada anak gadisnya agar jangan menikahi Guru, karena tidak mungkin akan menjadi orang kaya, sangat naïf memang! ”Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”
Guru atau pendidik sebagai embrio segala perubahan bagi kemajuan masyarakat ternyata memang kurang begitu mendapat apresiasi yang sesuai baik itu oleh masyarakat maupun Negara. Hal ini menjadi tragis dalam era globalisasi, persaingan menjadi sangat ketat dan kadang sangat tidak adil, karena ternyata persaingan semuanya hanya melihat dalam aspek materialisme.

Perubahan paradigma pada seorang guru adalah hal yang sangat fital karena disanalah letak awal sebuah pondasi bagi peradaban suatu masyarakat. Maka menjadi sebuah keniscayaan guru harus mampu mengubah paraigma masyarakatnya, baik itu lingkungannya, muridnya, keluarganya atau setidaknya dirinya sendiri. Ada hal yang perlu diketahui bahwa mengubah suatu paradigma atau pemikiran tidak memerlukan harta atau uang yang banyak, tetapi tidak semua orang mampu melakukannya.

Guru sebagai sosok orang yang “digugu” dan “ditiru” perlu melihat kembali posisi yang sedang diembannya, karena bagaimanapun juga pandangan terhadap diri sendiri akan sangat berpengaruh terhadap pandangan orang lain dan masyarakat terhadapa guru itu sendiri, sehingga sosok seorang Guru harus mempunyai prinsip dan nilai-nilai yang bermuara pada pancaran hati. Proses menjadi guru yang ideal memang harus berangkat pada sebuah keyakinan yang sangat kuat karena mutlak dalam perjalanan karir seorang Guru selalu membutuhkan sebuah bentuk perjuangan yang berkesinambungan. Sehingga posisi Guru akan mempunyai bargaining yang kuat dalam masyarakat dan Negara dalam meberikan konstribusinya pada sebuah peradaban.

Guru Harus Kaya!
Pernahkah kita bertanya, Adakah seseorang yang tidak pernah miskin selama hidupnya?
Jawabanya, tentunya jarang sekali dan hampir pasti tidak ada, kalaupun toh ada adalah hanya orang tertentu “khos” yang sangat beruntung. Saya coba untuk mengutip beberapa tanggapan Gede Prama tentang masalah orang miskin dan orang kaya, yang mengatakan bahwa, Ada orang yang lahir pada keluarga yang kaya secara materi, namun merasa diri paling miskin di dunia, sebab dia selalu membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih tinggi. Ada juga yang lahir dan tumbuh dari keluarga yang kaya akan spiritual, tetapi menyesali kehidupan materinya yang serba kekurangan.

Pergulatan “kaya” rasionalisme dengan spiritualisme selalu mewarnai perjalanan hidup manusia, kekayaan materi (keduniaan) tetapi sering juga tidak diimbangi dengan spiritualitas. Dan begitu juga sebaliknya kekayaan spiritualisme tanpa dibarengi kekayaan rasionalisme lebih mengarah pada mitologi masyarakat sehingga yang terjadi adalah pengaruhnya terhadap masyarakat yang nantinya cenderung stagnan dan jumud terhadap perubahan, perkembangan dan kemajuan bagi masyarakat itu sendiri.

Nah kalau kita coba untuk memetakannya, bahwa ada dua variabel mengenahi orang kaya, yakni dalam aspek materi dan non materi (spiritual). Sehingga bisa ditarik hipotesis bahwa orang yang benar-benar kaya adalah orang yang mampu mengapai kaya dalam dua aspek tersebut, tetapi pertanyaannya kemudian adalah tidakkah hal tersebut adalah hal yang utopis dalam realitas kehidupan manusia, karena watak dasar manusia yang selalu merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapainya?. Maka dengan kata lain, orang yang tidak pernah miskin, sedikit kaitannya dengan tingkatan material maupun spiritual seseorang, melainkan lebih pada seberapa baik dan seberapa bisa menikmati dan mensyukuri hidupnya. Begitu kemampuan menikmati dan mensyukuri tersebut melekat dalam kehidupan seseorang, dari itulah kemudian manusia-manusia seperti ini bisa terkategorikan dalam manusia yang tidak akan pernah miskin.
Menjadi guru kaya, adalah proses yang harus ditempuh jika menginginkan sebuah perubahan yang mendasar terhadap dunia pendidikan kita. Karena bagaimanapun juga Guru kaya adalah jembatan menuju bangsa yang kaya, karena guru kaya akan mengajarkan generasi bangsa menjadi kaya, dunia pengajaran akan lebih kaya kreativitas dan kaya akan ilmu sehingga dengan begitu kemiskinan suatu bangsa akan berkurang dan dunia akan bebas dari korupsi dan manipulasi (Amir Tengku Ramly:2005)

Terkait dengan proses menjadi guru kaya ada dua hal pokok yang perlu untuk kemudian dilakukan suatu perubahan yang paling dasar, yakni berkenaan dengan paradigma guru dan pandangan terhadap pekerjaan seorang guru. Berdasarkan paradigma guru, meminjam istilah Robert T Kiyosaki, paradigma Guru dapat digolongkan dalam dua tipe dasar, yakni tipe berparadigma “to have” (memiliki) yaitu suatu gagasan atau pola piker seseorang yang cenderung dan mengutamakna pada kebutuhan materi dan paradigma “to be” (menjadi) yakni suatu gagasan atau pola piker yang cenderung pada nilai-nilai non materi.

Maka dari sinilah paradigma seorang guru harus mulai diubah dari paradigma lama “to have” menuju paradigma “to be” yang dalam pandangan Erich Fromm disebutnya sebagai sebuah pergeseran paradigma yang dapat digambarkan sebagai suatau proses kesadaran baru dalam mengatasi kesepian makna hidup. Ada beberapa hal pokok yang harus dipersiapkan dan dilakukan seorang Guru kaya terkait dengan kompetensi dirinya,(yakni kepribadian guru yang harus mempunyai visi-misi yang jelas dalam menjalankan hidup dan dalam dunia pengajaran sehingga mampu mengekspresikan keinginan, tujuan dan makna hidup) Dan kompetensi profesi (yang meliputi pemahaman terhadap dunia pengajaran, ketrampilan akademis, intuisi dan rasa).
Diantara proses yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan oleh seorang Guru Kaya adalah :
1. Selalu melatih diri, karena menjadi Guru adalah sebagai profesi-keahlian
2. Mempunyai mentalitas kaya dalam melakukan interaksi-proaktif (win-win solution) khususnya dengan peserta didik.
3. Tidak mengebiri atau mematikan potensi peserta didik terkait antara dunia pengajaran dengan dunia realitas
4. Senantiasa melakukan Lerning bukan lagi teaching, artinya bahwa seorang guru harus senantiasa belajar dengan mensinergikan otak kiri, otak kanan, panca indra dan hatinya untuk memperoleh sumber ilmu yang haqiqi.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSuKG9NtM06yix0y1sxZeEOjLlCmM1dmAQ_8e_h3_-0LAnevp2tBVDMDbhTv9nFejPDDx36lHxPVmI9uHBkRV2XO7cvjqJgTavRB9n9nf6j0U9zCQYc5YXr0AWkmiMznY4wLbxbNh-e1zy/s320/guru.JPG

Untuk Para Guru “Selamat Menjadi Orang Terkaya Di Dunia-Akhirat”

SUMBER: Kahmiuin.blogspot.com

REFERENSI BUKU: MENJADI GURU KAYA KARYA Amir Tengku Ramly

Rabu, 03 Desember 2008

Motivator Pendidikan Indonesia


PROFIL AMIR TENGKU RAMLI
SANG MOTIVATOR PENDIDIKAN INDONESIA
PENDIRI PUMPING INDONESIA

Selasa, 28 Oktober 2008

GURU KAYA

(Peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 mei 2006)
MENJADI GURU KAYA : Sebuah Impian ?
Oleh : Apner R. M. Matoneng

Menjadi guru kaya bukanlah berarti, guru mengerjakan bisnis, berdagang (buka warung, toko, kantin), atau mengerjakan sebuah proyek sambil mengajar. Atau bukan apa yang harus dilakukan guru untuk menjadi kaya. Tetapi bagaimana guru “berpikir” secara kaya terhadap profesinya dan mampu membaca peluang-peluang (opportunities) di dalamnya. Menjadi guru kaya artinya guru harus mampu mengubah paradigma dari To Have (memiliki) ke To Be (menjadi). Paradigma To Have adalah suatu gagasan atau pola pikir seseorang yang cenderung dan mengutamakan pada kebutuhan materi (bekerja demi gaji atau upah). Sedang paradigma To Be adalah suatu gagasan atau pola pikir yang cenderung pada nilai-nilai non materi (bekerja sebuah panggilan pelayanan).
Seseorang guru dengan paradigma To Have (memiliki) akan selalu memandang dirinya sebagai guru pekerja dan guru profesional. Guru pekerja adalah guru yang sebatas melaksanakan pekerjaannya dengan ciri-ciri : bekerja demi keamanan dan tunjangan setiap bulannya; awalnya tidak berminat jadi guru tetapi terpaksa jadi guru, yang penting terima gaji dan bisa jadi PNS; biar hidup sederhana dan gaji kecil yang penting rutin setiap bulan dan tugas mengajar yang penting dilaksanakan tanpa inovasi pembelajaran. Sedang guru profesional adalah guru yang memiliki profesionalitas, dengan harga tertentu. Ciri-ciri guru profesional : mengutamakan tarif (berapa harga); uang menguasai mereka; siapa punya uang dapat menggunakan tenaganya; ilmu menjadi sesuatu yang diukur dengan uang; ingin dihargai sesuai dengan profesionalitas, pandai membagi waktu, bekerja keras; dan mengajar di beberapa tempat dengan bayaran yang tinggi.
Sebaliknya seorang guru dengan paradigma To Be (menjadi) akan selalu memadang dirinya sebagai guru pemilik dan guru perancang. Guru pemilik adalah guru yang ahli, menjadi pusat intelektual dan mampu mengendalikan sistem, dengan ciri-cirinya : bekerja dalam sistem; berpikir sangat terkait dengan kompetensi profesi sebagai guru; selalu ingin melakukan perbaikan terus-menerus; menginginkan perubahan atau paradigma baru, memiliki visi, kepemimpinan dan manajemen yang lebih baik, mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang baru. Sedang guru perancang adalah guru yang memahami profesinya, memiliki visi, dan merancang pengajarannya secara hidup. Adapun ciri-ciri seorang guru perancang yakni : tidak pernah diam mengejar kemajuan; berwawasan pendidikan yang luas; menguasai kurikulum sekolah; kreatif dan inovatif terutama pembaharuan dalam pembelajaran.
Guru perancang adalah guru berprestasi, yakni guru yang mempunyai prestasi dalam bidang pendidikan, baik dalam negeri maupun luar negeri yang menunjukkan hasil nyata berupa kemajuan/ peningkatan prestasi belajar siswa. Di dalam buku Pedoman Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Nasional, maka yang disebut guru berprestasi (teladan) adalah guru yang memiliki kemampuan melaksanakan tugas, keberhasilan dalam melaksanakan tugas, memiliki kepribadian yang sesuai dengan profesi guru dan memiliki pemahaman wawasan pendidikan sehingga secara nyata mampu meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran atau bimbingan melebihi yang dicapai oleh yang lain (guru pekerja dan guru profesional bahkan guru pemilik sekalipun), sehingga dapat dijadikan panutan oleh siswa, rekan sejawat maupun masyarakat sekitarnya.
Jadi, siapakah yang disebut guru kaya itu ? Adalah guru perancang atau guru berprestasi dalam pembelajaran. Disebut guru kaya atau guru perancang ataupun guru berprestasi karena ia telah memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial, sesuai Standar Pendidikan Nasional.
Akhirnya, jadilah guru kaya ! Bukan kaya materi, tetapi kaya spiritual dan kompetensi. Apabila seorang guru, menjadi kaya spiritual dan kompetensi, maka pasti ia akan menerima jaminan kehidupan ekonomi yang layak sesuai keunggulan kompetensinya. Berjuanglah menjadi guru kaya, memiliki kualifikasi akademik yang memadai, kompetensi yang baik, dan sertifikasi kelayakan sebagai guru agen pembelajaran. Semoga !
Penulis : Pemerhati masalah sosial dan pendidikan,
Alumni Pascasarjana UGM Yogyakarta,
Guru Berprestasi (Teladan) Nasional 2005,
Staf Pengajar Yayasan Kr. Eben Haezar Manado,
Sekarang sedang mendalami ilmu manajemen pendidikan
di Pascasarjana UNIMA

Senin, 27 Oktober 2008

menjadi guru idola

Blogger from ibu nul
Selasa, 2008 Mei 27
Sakti kenapa tidak mau membaca nak??sakti mo pintar gak? (tapi sakti tetap diam seribu bahasa), "hohoho...bagaimana klo kita main tebak2ansaja di papan tulis, sakti mau gak? sakti mengangguk dengan senang..."mau bu..", lalu bu aisyhpun menggambar awan dan baju"..
Mungkin itu sebagian cuplikan yang pernah kita rasakan dan kita lakukan sebagai seorang yang berprofesi guru.Ketika kita mengajar dan menghadapi anak2 yang rewel dalam membaca,anak2 yang mempunyai 1001 alasan untuk tidak mau belajar, bisa jadi ini menjadikan kita jengkel,kesal, marah dan berfikir bahwa si anak emang gak mau belajar kalee, tapi itulah suka dukanya mengajar dan juga tugas kita sebagai seorang guru yang mampu memberikan sesuatu yang terbaik bagi muridnya.
Guru adalah profesi yang mulia,ungkapkanlah kemuliaan anda lewat keramahan,tutur kata yang baik, dan senyum yang tulus dari hati yang ikhlas karena itu sangat menentukan kedekatan kita kepada murid sehingga murid mau melakukan apa saja karena adanya "LOVE" pada diri kita.
Dalam buku "Menjadi Guru Idola" karya Amir Tengku Ramly disebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat menstabilkan emosi pengajaran anda, yaitu:
1. siswa2 yang pernah melakukan kezaliman kepada anda.Sambung silaturrahim dengan mereka, jadikan kebodohan mereka sebagai energi bagi pengajaran guna mengubahnya menjadi lebih baik
2. berilah pengajaran meskipun mereka tidak membutuhkannya dan bersabarlah terhadap watak dan perilaku buruk siswi anda
3. tersenyumlah bila anda merasa terbebani suasana kelas yang menjengkelkan
dalam buku karya Amir tersebut memang menjelaskan tentang murid secara universal, tapi sebenarnya itu juga penting banget buat kita yang berprofesi guru yang mengajar murid umur 3,5 tahun.

Dalam pengajaran tidak hanya skill yang dibutuhkan oleh seorang guru tapi juga kekuatan nilai2 spiritual.Guru yang hanya menonjolkan skill saja bisa jadi dia hanya memberikan satu ilmu saja kepada muridnya, tapi....bagi guru yang mengkombinasikan antara skill and spiritual maka dia telah memberikan beribu-ribu ilmu kepada muridnya.Oleh karena itu yuuk kita coba memperbaiki spiritual kita dengan cara (diambil dari buku "Menjadi Guru Idola"):
• bersyukurlah atas kemampuan dan profesi anda, bersyukurlah atas nikmat agama,akal,kesehatan,pendengaran,penglihatan,rezeki keluarga,siswi2 anda
• perbanyak istighfar sepanjang pengajaran
• optimislah dan berhusnudzon pada Allah SWT dan terimalah pilihanNya dengan rasa gembira. (he..he..he..lagi2 nyadur bukunya pak Amir nech)
Sodaraku yang seprofesi, ketika kita sudah bisa menanamkan nilai2 spiritual dalam diri kita maka hati kita akan tertata dengan baik, hidup akan lebih tenang dan selalu optimis menghadapi masa depan karena hati yang baik adalah hati yang terbuka untuk ilmu dan amalan2 yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, oleh karena itu diperlukan penataan hati diri kita dalam proses ini. Ada beberapa hal2 teknis untuk mendukung penataan hati, yaitu sebagai berikut:
• tersenyumlah kepada siswa2 anda dengan ikhlas dan tulus
• jadikanlah hal2 kecil tetap kecil
• berprinsiplah meskipun student not oke but teacher tetap oke
• jadilah mata tornado bagi kemajuan siswa2 dan latihlah dengan sadar
• turunkan tingkat stress anda, rilekslah, lakukan muhasabah
• satu hari bersama siswa2 anda, tertawalah untuk diri anda sendiri
• luangkan sedikit waktu setiap hari, bacalah, berimajinasilah dan santailah bersama keluarga.
(from a book "Menjadi Guru Bintang by Amir Tengku Ramly)

Ternyata jadi guru gampang2 susah ya...moga aja dengan adanya tulisan ini bisa memberikan kita motivasi buat saya pribadi and sodara2 yang seprofesi untuk menjadi lebih baik ke depannya.
I LOVE U ALL (TEKNOKIDS in samarinda) coz ALLAH and thanks to Mr.AMIR atas bukunya (walopun ga kenal). Marilah mulai saat ini, detik ini kita mempunyai semangat untuk memperbaiki generasi muda

GURU IDOLA

http://jaisy.multiply.com/journal/item/73

JUDUL BUKU : MENJADI GURU IDOLA (MENGAJAR DARI KEDALAMAN CINTA)

PENGARANG : AMIR TENGKU RAMLY

PENERBIT : PUSTAKA INTI

JUMLAH HALAMAN : 111 LEMBAR


Buku yang satu ini memang unik dan sangat pantas untuk dijadikan sebuah buku pegangan wajib bagi guru yang ingin mempraktekkan proses pembelajaran yang lebih bermakna kepada semua muridnya. Membaca buku ini dapat memberikan beberapa gairah baru dalam seni mengajar di dalam kelas.

Amir Tengku Ramly, sang penulis mengawali taushiyahnya dengan memberikan resep terbiasa “tersenyum” kepada semua murid sebagai pintu gerbang guru dalam mengajar dari kedalam cinta didepan kelas. Resep ini terkenal sangat manjur menjadikan murid-murid merasa tidak takut menjalani kehidupannya di sekolah.

Peta gagasan yang ingin di sampaikan dalam buku kecil ini hanya ada dua, akan tetapi penuh dengan hikmah-hikmah pengajaran nyang bermakna. Gagasan yang pertama yaitu “Menjadi Guru Kaya dalam Proses Pengajaran di Kelas-kelas”. Bila guru mempraktekkan gagasan ini dengan baik maka setiap guru akan mampu mengajar dengan baik didalam kelas, selalu kaya dengan ide, dan kaya dengan kreatifitas. Gagasan kedua yaitu ajakan agar para guru dapat “Menjadi Guru Biofili”. Secara harfiah biofili diartikan sebagai bio (hidup) dan fili (jiwa) yakni; jiwa yang hidup. Namun secara istilah guru biofili adalah guru yang mampu memberikan pengajaran melalui kedalaman cinta berupa kebahagiaan, kasih saying dan pemahaman terhadap siswa/ anak didiknya.

Menjadi guru biofili diawali dengan membangun fondasi dari ‘mengajar’ (teaching) menjadi ‘belajar’ (learning). Dengan menjadi guru biofili, maka tidak akan ada lagi kata-kata ‘saya guru, kamu murid’, ’saya tahu, kamu tidak tahu’, ’saya berkuasa, kamu harus mau dikuasai’.

Guru yang telah berpindah dari paradigma teaching menjadi learning, maka akan terjadi perubahan dalam gaya mengajarnya. Bila biasanya mengajar hanya merupakan sebuah tehnik untuk mengugurkan kewajiban dalam bekerja, maka akan berubah menjadi guru yang mengajar dari kedalam cinta.

Menurut Amir Tengku Ramly, guru yang mengajar dari kedalam cinta memiliki sifat-sifat yang unik yaitu :

1. guru mengajar untuk kebahagiaan

2. guru mengajar untuk kesadaran

3. guru mengajar untuk memahami

4. guru mengajar untuk pembebasan

5. guru mengajar untuk kompetensi

6. guru mengajar untuk belajar

Bagian akhir dari buku kecil ini adalah menengahkan langka-langkah praktis untuk menjadi guru biofili, diantaranya yaitu :

1. Kuatkan cara pandang dan keyakinan terhadap profesi anda.

2. Ubah teaching menjadi learning.

3. Ubah persoalan siswa menjadi vitamin mental anda.

4. Jadikan murid sebagai subyek dan mitra belajar.

5. Lakukan seperti air mengalir.

Buku yang satu ini memang layak untuk dimiliki oleh setiap guru. Ukurannya yang mungil memungkinkan untuk dibawa kemana saja. Desain covernya cukup menarik minat. Apalagi dalam penyajiannya juga terdapat beberapa skema yang memudahkan guru untuk memahaminya. Bila semua guru mau mengikuti arahan dari buku ini, maka insya Alloh akan menjadi guru yang sangat disenangi oleh para murid-muridnya. Jadi siapkah kita menjadi GURU IDOLA ? (Deni Purba)

Kamis, 16 Oktober 2008

berita


Mengenal Pumping Test

REPUBLIKA ONLINE 2008-08-10 10:42:00

Aturan main belajar yang efektif hanya bisa diterapkan bila orangtua mengenal tipe sang anak.

Hampir setiap hari Rika harus `bersitegang' dengan si bungsu, Nahla (10 tahun). Pasalnya, Nahla malas belajar, hari-harinya diisi dengan bermain dan membaca komik. Dari bujukan, hadiah sampai akhirnya teguran sudah dilakukan ibu dua anak ini. Hasilnya, nol. Nahla tetap saja malas belajar. `'Kalau tidak naik kelas baru menyesal deh,'' ujar Rika, geregetan. Nahla tetap cuek. Demikian sulitkah mengajak anak-anak belajar dan bagaimana penyelesaiannya?
Allah, kata Erlin Trisyulianti STP Msi, menciptakan semua manusia itu sama. Yang membedakan masing-masing manusia hanyalah talentanya. Karena itu, ia berpendapat, tak ada anak dilahirkan dalam keadaan bodoh atau malas. ''Paradigma itu harus diluruskan, karena semua bayi dilahirkan 98 persen dalam kondisi jenius,'' kata perempuan yang banyak mendalami soal potensi manusia ini. Seiring bertambahnya usia, anak terperangkap pola asuh dan pengaruh lingkungan yang kurang baik. Alhasil, kejeniusannya pun menurun draktis tinggal lima persen.
Mengenal perilakunya
Perilaku dan karakter setiap anak pun berbeda. Menurut psikolog ada 21 tipe kepribadian. Oleh karena itu, orangtua harus memahami perilaku setiap anak.`'Mengetahui perilaku anak merupakan pendekatan yang paling efektif bagaimana memperlakukan anak-anak. Orangtua yang sudah memahami perilaku anak sejak dini, bahkan masuk ke gelombang anaknya akan memperlakukan anak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Itu yang membuat anak-anak enjoy dan tidak akan terjadi lagi `pertikaian' antara orang tua dengan anak,'' papar direktur Sumber Daya Manusia IPB ini kepada Republika.
Setelah mengetahui perilaku anak-anaknya, orangtua bisa mengembangkan ke segala arah, pendekatan dan jalinan komunikasi pun bisa dibina dengan baik. Sayangnya, yang terjadi saat ini sering kali keinginan orangtua tidak sesuai dengan talenta anak-anak.
Hal kecil saja, anak suka menggambar tapi orangtua memasukan les matematika. Yang terjadi pemaksaan orangtua terhadap anak. Akibatnya, anak tidak akan menikmati les yang tidak sesuai dengan bakatnya. ''Seharusnya bakat anak sebagai kelebihan yang harus diekspos orangtua,'' kata Erlin, ''Jangan sebaliknya, orangtua selalu melihat kekurangan si anak, akibatnya menganggap anak sendiri bodoh, malas.''
Apakah bakat anak hanya bisa diketahui lewat tes khusus? Erlin tak sepenuhnya sependapat. Menurut trainer utama di Pumping Foundation ini, bakat anak-anak sebenarnya bisa diketahui orangtua lewat observasi sendiri tanpa mengikuti tes khusus. Cermati saja apa kesukaan anak-anak, minatnya ke mana, cepat atau lambat pasti akan tampak. ''Kecuali bagi orang yang ingin instan mengetahui bakat anak. Untuk itu, mereka bisa menyertakan anak pada pumping test,'' kata Erlin.

Apa itu pumping test
Pumping talent test sebenarnya metode lama untuk mengetahui bakat seseorang, sehingga apa yang diinginkan bisa sejalan dengan bakatnya. Alat yang digunakan pun umum. Namun, kini hasil pumping test lebih komprehensif meliputi cara memperoleh energi, perilaku potret diri, cara dan gaya belajar, dominasi otak, serta pola pikir dan pengembangan diri.
Menurut Erlin, anak yang dianjurkan mengikuti pumping test adalah bila usianya sudah di atas usia 10 tahun. Tapi, bisa juga pada anak yang usianya kurang dari 10 tahun. Hanya saja, pada anak yang lebih muda ini biasanya ditambah dengan observasi. Pertanyaan pun dikemas lebih pendek dan mudah dimengerti anak. Tes pada pumping test bisa dikatakan mudah, mirip tes psikotes. Anak harus menjawab 90 pertanyaan pilihan ganda yang dikemas sesuai bahasa anak. Jangka waktunya paling lama satu jam. Jawaban anak tidak ada kaitannya dengan benar atau salah. Jawaban itu diolah dan hasilnya sudah bisa diketahui hari itu.
Hasil yang diperoleh dari pumping test terdiri dari dua hingga tiga lembar. Isinya menjelaskan tentang potensi, kekuatan, potret diri dan dominasi otak dalam diri anak. Di halaman itu pun diuraikan bidang karier yang sesuai dengan bakat anak, ilmu pendukungnya serta rekomendasi menentukan pilihan. Misalkan pelajar SMA sebaiknya memilih jurusan IPA, IPS atau bahasa.
Untuk dominasi otak, ada anak yang seimbang antara otak kanan-kirinya. Tapi, ada anak dominasi otak kanan sehingga menjadi anak yang kreatif, inovatif, tapi ketika diberi soal hitungan malas mengerjakan. Sebaliknya, anak yang dominasi otak kiri cenderung berpikir logika senang berhitung, tapi sering kali antisosial. `'Bagaimana agar dominasi otak kanan-kiri bisa seimbang dan keduanya bisa digunakan optimal. Jadi, anak dominasi otak kanan bisa dilatih juga otak kirinya, sebaliknya anak dominasi otak kiri, otak kanannya pun bisa dilatih agar seimbang,'' papar istri dari Amir Tengku Ramly yang bersama-sama mengembangkan kegiatan di dunia pendidikan ini.
Akurasi dari hasil tes ini sampai 95 persen, kata Dosen jurusan Ekonomi dan Manajemen IPB. Bila sang anak yang mengikuti pumping talent test, orang tua sebaiknya ikut terlibat. Sebab, ada istilah-istilah yang harus dimengerti dan selanjutnya dijalankan orangtua bagi anak-anaknya. ''Percuma saja kalau anak ikut tes, tapi hasilnya tidak di-follow up oleh oranguanya,'' kata Erlin.
Selain itu, ada pula paket tes untuk orang tua dan anaknya. Selanjutnya, dari hasil tes tersebut orangtua mengetahui paradigma apa yang bisa ditanamkan kepada anak-anak sesuai dengan perilaku dan bakatnya. `'Banyak orang sukses ternyata kuncinya cara pandang yang dilakukan sesuai dengan perilaku. Agar anak Anda sukses, tidak ada salahnya kini orang tua mengubah paradigma agar disesuaikan dengan perilaku dan bakat anak,'' papar Erlin. n vie


Tipe Mana Anak Anda?
Para ayah bunda harus memahami perilaku anak sehingga aturan main belajar efektif bisa sesuai yang diinginkan sang anak.
Pleghmatis, si damai: Bawaannya santai, seenaknya, sehingga terkesan malas belajar.
Sanguistis, si populer: Senang mendapat pujian sehingga baru mau belajar bila dipuji lebih dulu.
Melankolis, si sempurna: Senang sesuatu yang mendetail dan sempurna.
>Koleris, si kuat: Senang menghadapi tantangan, suka petualangan, sangat berorientasi pada tujuan, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. vie